Beijing, TAMBANG. CINA akan menghilangkan tarif ekspor untuk mineral langka dan logam lain, demikian disampaikan Kementerian Keuangan Cina, dan dimuat koran ekonomi Financial Times, kemarin. Kebijakan ini mengakhiri aturan yang banyak ditentang masyarakt internasional, dan menyebabkan sengketa dagang.
Hambatan ekspor terhadap mineral langka semula diniatkan untuk membangun industri Cina, serta mencegah menipisnya material strategis dijual dengan harga murah. Kebijakan itu menimbulkan sengketa perdagangan setelah pengurangan kuota besar-besaran pada 2010 membuat pasar kekurangan pasokan.
Harga pun meningkat tajam, dan memicu perdebatan internasional mengenai nilai logam langka yang banyak dipakai di militer serta teknologi tinggi ini. Namun pelarangan oleh Cina menimbulkan manfaat positif, industri pengolahan muncul di berbagai negara, seperti Indonesia, Australia, dan Malaysia.
Menghilangkan pajak ekspor merupakan salah satu cara untuk menghilangkan transaksi gelap, sesuatu yang menjadi target Pemerintah Cina sekarang dalam rangka memberantas korupsi.
Cina memangkas kuota ekspor mineral langka tahun ini, setelah kalah berperkara di Organisasi Perdagangan Interasional (WTO). Cina memiliki mineral langka terbanyak di dunia. Sekitar 17 mineral langka dapat ditambang di Cina, dalam skala komersial. Bahkan Cina mendominasi keberadaan mineral langka di dunia
Penghilangan tarif ekspor itu diperkirakan akan mendapat sambutan dari pasar internasional. Tetapi, penghilangan tarif ekspor aluminium, dari 15% menjadi nol, diperkirakan akan menimbulkan masalah baru, yaitu keberatan dari dunia internasional.
Cina saat ini mengalami kelebihan produksi aluminium. Pajak ekspor yang dinolkan akan membuat dunia mengalami kebanjiran ekspor aluminium.
Sumber foto: article.yeeyan.org