Jakarta-TAMBANG. Harga batu bara diperkirakan akan mengalami perbaikan di tahun ini seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS). Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sujatmiko memperkirakan membaiknya perekonomian AS akan berpengaruh pada ekonomi Cina yang turut menentukan harga komoditas global.
“Saya kira dalam waktu dekat harga akan segera rebound. Jika Cina membaik, tentu pasar akan kembali bergejolak,” kata Sujatmiko kepada Majalah TAMBANG, Rabu (18/1).
Menurutnya,seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi menyusul peningkatan angka konsumsi domestik AS, diyakini akan mendorong sejumlah negara pemasok untuk menggenjot produksi barang-barang dan mengekspornya ke negeri Paman Sam itu.
Beberapa negara tersebut meliputi Cina, Korea Selatan, dan India yang diketahui menjadi mitra dagang utama Amerika Serikat. Dengan adanya upaya peningkatan angka produksi, menurut Sujatmiko akan membuat tiga negara tersebut membutuhkan lebih banyak sumber energi untuk bisa mengoperasikan pabrik-pabriknya.
Dengan demikian, kondisi ini diharapkan bisa mempengaruhi naiknya harga komoditas batu bara. “Tentu saja mereka akan menyerap hingga pada akhirnya harga batu bara akan kembali merangkak. Saya perkirakan harga batu bara dunia tahun ini berada di level US$ 70 per ton,” tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM telah menetapkan harga batu bara acuan (HBA) Februari 2015 di angka US$ 62,92 per ton. Harga patokan ini diketahui lebih rendah ketimbang HBA Januari kemarin yang berada di angka US$ 63,84 per ton.
Sujatmiko menilai, adanya koreksi harga tersebut tak lepas dari masih rendahnya jumlah permintaan negara-negara pengimpor batu bara Indonesia seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan India.
“Memang perbaikan tidak akan secepat itu. Tapi saya optimis harga batubara akan rebound ke level US$ 70 per ton,” pungkasnya.