Jakarta, TAMBANG- PT Chakra Jawara memberikan bantuan genset kepada Aksi Cepat Tanggap (ACT) dengan kapasitas 80 Kva. Bantuan Genset ini diakui ACT sangat bermanfaat pada saat keadaan darurat.
Comersial Division Head PT Chakra Jawara, Rudhi Wibawa mengungkapkan, sejak Chakra Jawara berdiri pada tahun 2000, perusahaan selalu memberi kontribusi dengan ikut membantu Pemerintah menangani bencana alam. Namun karena perusahaan tidak dapat turun langsung ke lapangan, maka Chakra Jawara memberikan bantuan-bantuan.
“Kami melihat kebutuhan yang paling utama saat terjadi bencana adalah kebutuhan atas listrik. Bisa dibayangkan kalau yang namanya rescue tanpa adanya penerangan dan tidak ada listrik. Maka kecepatan untuk mendapatkan korban itu menjadi terhambat,” ungkap Rudhi.
Rudhi melihat eksistensi dari ACT yang sejak 2005 selalu hadir di setiap kejadian bencana dan melakukan aksi tanggap darurat bahkan recovery. Oleh karenanya Chakra Jawara memberikan bantuan berupa genset guna membantu kegiatan ACT di lokasi bencana.
“Kebetulan PT Chakra Jawara sebagai dealer dari Iveco, kami menjual produk genset. Saat ini kami berkomitmen untuk menyumbangkan dalam bentuk program CSR, satu buah ganset dengan kapasitas 80 kva,” lanjut Rudhi.
Seperti diketahui, Indonesia berada dalam satu posisi yang rentan terhadap bencana alam. Hampir setiap tahun bencana alam terjadi di Indonesia.
“Kalau yang sebelumnya, setiap ada kejadian kami juga ikut berpartisipasi tetapi bukan dalam bentuk pemberian barang. Tapi kami meminjamkan alat-alat seperti ketika terjadi tsunami Aceh dan di tempat lainnya,” terang Rudhi.
Selain Chakra Jawara, PT Cartenz Cipta Sarana mitra usaha dari Chakra Jawara juga turut memberikan bantuan. Direktur Cartens Cipta Sarana, Ganjar Pradesha akan membuatkan trailer untuk mempermudah ACT membawa genset ke lokasi bencana. Ganjar memperkirakan dapat merampungkan pembuatan trailer dalam beberapa pekan, sehingga bisa digunakan lebih cepat oleh ACT.
“Jadi trailer itu fungsinya agar genset ini bisa mencapai area-area yang sulit. Kalau seperti ini kan diangkut dengan truk dan alat khusus, diperkotaan sih mudah tapi nanti kalau di area bencana perlu modifikasi khusus agar bisa mencapai area-area yang sulit. Kami spesialisasilah di bidang seperti itu,” ungkap Ganjar.
Pimpinan ACT Jakarta, Dwi Setyo mengungkapkan pemberian genset sangat bermanfaat untuk tim ACT yang sedang bertugas di lapangan khususnya di lokasi bencana. Ia mengakui di awal masa-masa darurat, listrik adalah kebutuhan yang sangat vital.
“Kenapa dikatakan vital karena memang selalu di lokasi bencana, listrik itu padam bisa sampai satu bulan. Oleh karena itu kebutuhan listrik ini sangat membantu tim di lapangan, di lokasi untuk memudahkan aktifitas kegiatan emergency teman-teman rescue di lapangan,” terang Dwi.
Menurutnya setelah masa darurat, genset juga diperlukan dan akan tetap digunakan, karena ACT dalam melakukan aktivitas kemanusiaan bukan saja di fase emergency atau fase setelah terjadinya bencana. ACT juga hadir pasca emergency yakni pada fase recovery. Fase recovery ini adalah fase yang lebih panjang dari fase emergency, paling cepat ACT hadir di tempat bencana satu tahun untuk masa recovery.
“Oleh karena itu kebutuhan kebutuhan penunjang aktifitas ACT ini seperti genset, apalagi ini sangat besar 80 kva . Pengalaman kita itu di ICS ( Integrated Community Shelter) ACT, operasional listrik itu kebutuhannya sampai 10 juta. Kalau misalkan bisa di backup oleh ini luar biasa,” lanjut Dwi.
lebih lanjut Dwi mengungkapkan , ACT memang telah memiliki genset, hanya saja genset dengan kapasitas kecil atau genset rumahan. Genset ini hanya dapat mengaliri listrik ke posko-posko unit yang didirikan ACT, masyarakat tidak bisa merasakan.
“Kalau genset yang sebesar seperti ini gak hanya di posko saja dimanfaatkan tapi juga masyarakat juga bisa merasakan manfaatnya. Kita dapat informasinya bahwa genset ini bisa sampai sekitar minimal 40 rumah bisa merasakan. Kalau dengan kapasitas 450 watt maka ini ratusan rumah,” pungkas Dwi.