Jakarta-TAMBANG. Sebagai respons atas anjloknya harga batu bara dunia yang menembus level US$ 60 per metrik ton, BUMN tambang, PT Bukit Asam (Persero) Tbk telah menentukan tiga rencana strategis 2016
Direktur Utama PTBA, Milawarma mengatakan rencana strategis pertama adalah meningkatkan sarana dan prasarana oprasional guna menjaga produksi tambang batu bara. “Sarana dan prasarana produksi akan ditingkatkan agar produksi bisa diatas 25-30 juta ton. Hal ini berikut peningkatan (kapasitas) pelabuhan,” ujarnya di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Rabu kemarin (21/10).
Selain itu PTBA akan melebarkan lini usaha dengan menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara. Namun, Milawarma mengatakan perseroan masih menunggu hasil putusan PT PLN (Persero) soal mekanisme tender proyek PLTU Mulut Tambang IX dan X di Sumatera Selatan dengan kapasitas masing-masing 2×600 megawatt (MW) dan 1X600 MW.
“Rencana strategis kami kedua adalah PLTU Mulut Tambang. Kalau soal Mulut Tambang 9-10 belum karena belum ada kabar dari PLN,” kata Milawarma.
Rencana strategis ketiga PTBA akan mengembangkan bisnis pencairan (likuifikasi) batu bara yang saat ini tengah dilaksanakan di Australia. Untuk merealisasikannya, PTBA sudah mengakuisisi saham senilai US$30 juta milik perusahaan energi asal Australia, Ignite Energy Resources.
Terkait proyek kereta batu bara, Milawarma mengatakan bahwa perusahaan menunda proyek patungan dengan Grup Rajawali itu menyusul anjloknya harga batu bara dunia. Proyek kereta sepanjang 280 kilometer (km) ini rencananya akan menghubungkan lokasi pertambangan batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ke Lampung.
“Proyek railway seharusnya bisa jalan 2016 tapi dengan kondisi ini kami belum putuskan. Kapasitasnya sendiri tetap 35 juta ton dengan nilai investasinya US$2 miliar tapi dengan angka itu akan dioptimalkan,” jelas Milawarma.