Jakarta, TAMBANG – Salah satu proyek yang tengah dikembangkan PT Vale Indonesia (VALE) adalah pembangunan pabrik HPAL dan tambang nikel di Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Proyek yang mulai digarap pada November tahun lalu ini dipastikan tidak akan menggunakan batu bara sebagai sumber daya listriknya.
“Pabrik yang di Pomalaa pokoknya gak pakai batu bara, lagi dicari studinya. Karena Pomalaa gak besar kaya Morowali. Morowali butuh 500 Mw. Kalau Pomalaa gak sebesar itu, kan HPAL,” ujar Head of Communications VALE, Bayu Aji di Jakarta, Senin (17/4).
Menurut Bayu, proyek tambang terintegrasi tersebut akan memakai sumber daya yang ramah lingkungan yang berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Meski sejauh ini pihaknya masih mencari yang pas.
“Potensi sumber daya terbarukan kayaknya belum ada, air, gak kayaknya. Kalau PLTS itu sulit. Kita sudah studi di Sorowako, lahannya harus besar. Dan hasilnya gak konsisten,” ujar dia.
Hal senada diungkapkan CEO VALE, Febriany Eddy beberapa waktu lalu. Sebagai bentuk komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan, kata dia, VALE tidak akan menggunakan batu bara sebagai pembangkit listrik di Blok Pomalaa ini.
“Kami tidak akan menggunakan batu bara untuk pembangkit listrik untuk proyek ini, hal ini menunjukkan komitmen PT Vale untuk memperluas operasinya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk manfaat sosial ekonomi pemangku kepentingan lokal dan nasional jauh di masa depan,” ujar Febriany.
Sebagai perusahaan tambang yang menjunjung tinggi keberlanjutan, VALE selalu berkomitmen menggunakan energi bersih sebagaimana sudah diterapkan di proyek Blok Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Di sini, lebih dari 54 tahun VALE menggunakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk semua lini operasinya.
Bahkan, perusahaan memiliki tiga PLTA dengan total kapasitas mencapai 365 megawatt (MW). Ketiga PLTA tersebut yaitu PLTA Balambano beroperasi tahun 1999, PLTA Larona beroperasi 1978 dan PLTA Karebbe beroperasi tahun 2011.
Diketahui, Blok Pomalaa merupakan proyek yang akan beroperasi di bawah naungan PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI), anak usaha VALE. Total paket investasi untuk pabrik HPAL dan tambang diperkirakan mencapai Rp 67,5 Triliun dan akan melibatkan sekitar 12.000 lapangan kerja untuk konstruksi.