Jakarta, TAMBANG – Holding Badan Usaha Milik Negera (BUMN) pertambangan nampaknya belum juga menuntaskan misi utamanya, yaitu mencaplok saham PT Freeport Indonesia. Upaya divestasi 51 saham di tambang Grasberg itu, diakui sangat berliku dan mengalami proses transaksi yang rumit.
“Ini transaksi yang paling sulit semenjak saya jadi bankir,” ungkap Direktur PT Asahan Alumunium (Inalum) sekaligus pimpinan Holding tambang, Budi Gunadi Sadikin dalam acara bertajuk ‘Inalum Holding Media Gathering’ di Jakarta, Senin (4/6) malam.
Acara tersebut juga dihadiri oleh bos Aneka Tambang (Antam), PT Bukit Asam (PTBA), dan PT Timah. Dalam kesempatan itu, awak media bertubi-tubi mengajukan pertanyaan soal perkembangan divestasi, tapi Budi Gunadi tetap bergeming. Ia hanya meyakinkan kalau proses divestasi sedang diupayakan.
“Lebih baik transaksinya benar dari pada terburu-buru tapi tidak bagus. Pencapaiannya beberapa minggu terakhir sudah signifikan,” beber Budi Gunadi.
Budi menilai negosiasi divestasi merupakan transaksi yang unik. Sebab berdasarkan pengalaman, biasanya setelah transaksi tercapai, barulah dicari pendanaannya. Dalam kasus divestasi ini, Budi mengklaim sudah memperoleh pendanaan, tapi justru transaksinya yang tak kunjung tercapai.
“Ini komitmen pendanaannya sudah diperoleh, tinggal nunggu transaksinya terjadi. Kalau sulit apa gak, ya sulit. Gak hanya dengan Freeport (negosiasinya) tapi juga Rio Tinto,” kata Budi.
Sebelumnya, Rio Tinto juga merilis keterangan resmi kalau pihaknya belum mencapai kesepakatan dengan Inalum. Tawar-menawar berlangsung terkait harga Participating Interest (PI) Rio Tinto di Tambang Grassberg, Papua.
“Tidak ada kesepakatan yang tercapai, dan tidak ada kepastian bahwa perjanjian yang mengikat akan ditandatangani,” tulis Rio Tinto dalam siaran persnya beberapa waktu lalu.
Inalum yang dipimpin Budi Gunadi ini mewakili pemerintah Indonesia, bernego dengan Rio Tinto soal harga PI sebesar 40 persen di tambang Grassberg milik Freeport.
“Rio Tinto menegaskan bahwa diskusi antara Rio Tinto, Inalum dan Freeport sedang berlangsung, termasuk mengenai harga,” lanjut keterangan resmi Rio Tinto.
Meski demikian, pihak Rio Tinto sudah mencatat soal laporan potensi pembelian 40 persen PI dengan seluruh bunganya seharga USD3,5 miliar. Budi menangkis kalau harga USD3,5 miliar itu tergolong mahal. Menurutnya, angka tersebut menjadi realistis mengingat jumlah cadangan di Grasberg sangat melimpah.
“Freeport itu masih punya cadangan emas 1187 ton, copper 19,4 juta ton. Dikali harga sekarang size-nya berapa besar,” ujarnya.
Untuk diketahui, divestasi ini ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo rampung pada April lalu. Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, divestasi bukanlah gagal tercapai. Rini justru meyakinkan kalau ia menargetkan Inalum sebagai kepala holding industri pertambangan bisa menyelesaikan proses divestasi saham Freeport pada akhir Juni 2018.