Jakarta, TAMBANG – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, ada empat pertimbangan fundamental yang diambil pemerintah menetapkan PT Pertamina (Persero) sebagai pengelola Blok Rokan mulai tahun 2021 nanti.
“Tim 22 Wilayah Kerja (WK) sudah bekerja mengevaluasi yang akhinya berkesimpulan, empat hal yang menjadi dasar kita (Pemerintah) adalah signature bonus, komitmen kerja pasti, pontensi pendapatan negara dan diskresi Menteri ESDM,” jelas Arcandra.
Keempat pertimbangan tersebut yaitu, pertama, Pertamina dalam proposalnya telah mengajukan bonus tanda tangan (signature bonus) sebesar USD784 juta atau sekitar Rp11,3 triliun. Bonus tanda tangan ini nantinya akan masuk ke kas negara.
Kedua, besaran nilai komitmen kerja pasti untuk investasi yang diberikan oleh Pertamina selama lima tahun awal senilai USD500 juta atau sekitar Rp7,2 triliun.
Ketiga, meningkatnya potensi pendapatan negara selama 20 tahun negara, setelah mendapatkan potensi pemasukan sebesar USD57 miliar atau sekitar Rp825 triliun. “Insya Allah potensi pendapatan ini bisa menjadi pendapatan dan kebaikan bagi kita bangsa Indonesia,” harap Arcandra.
Keempat, diskresi Menteri ESDM. Keputusan diskresi ini didasarkan pada perubahan sistem fiskal dari Cost Recovery menjadi Gross Split. “Karena ini Gross Split, Pertamina meminta diskresi sebesar 8 persen dan Pemerintah sepakat usulan tersebut,” ujar Arcandra.
Diskresi di sini artinya tambahan bagi hasil (split) yang diminta oleh kontraktor kepada Pemerintah agar keekonomian proyek lebih baik.
Melalui pertimbangan bisnis tersebut, Pemerintah memutuskan untuk mempercayakan pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina setelah membandingkan dengan proposal yang diajukan oleh Chevron. “Penawaran dari Chevron jauh di bawah penawaran dari Pertamina,” pungkas Arcandra.
Sementara ini, Kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Amin Sunaryadi menjelaskan, kedua belah pihak antara Pertamina dan Chevron akan menjalin kerja sama untuk masa transisi pengelolaan.
“Fokus berikutnya adalah kerja sama antara Chevron sebagai existing contractor dengan Pertamina sebagai kontraktor untuk melakukan kegiatan-kegiatan transisi, sampai dengan masa kontrak habis guna menjaga tingkat produksi supaya tidak turun,” pungkas Amin.
Sebagaimana diketahui, sejak tahun 1971 pengelolaan Blok Rokan telah dikelola oleh Chevron. Produksi blok tersebut cukup menjanjikan, Blok Rokan mampu memproduksi sekitar 207.000 barel minyak per hari (bph) pada Semester I 2018.