Jakarta-TAMBANG. Perusahaan alat berat dan pertambangan PT United Tractors Tbk memutuskan untuk memangkas jumlah karyawan. Langkah ini demi mengejar efisiensi biaya operasional lantaran harga batubara terus melandai.
Sekretaris Perusahaan United Tractors, Sara Kristi Loebis mengatakan perseroan memilih untuk membuka opsi pengunduran diri secara sukarela ketimbang menerapkan program pensiun dini.
“Kami tidak menawarkan program pensiun dini. Sekarang yang ada pengeunduran diri sukarela. Memang kondisinya sedang sulit, dari harga komoditas anjlok maka perlu penyesuaian kapasitas produksi,” tutur Sara, Senin (1/2).
Direktur Uniter Tractors, Iwan Hadiantoro melalui keterangan tertulis menyatakan harga batubara yang terus mengalami koreksi menyebabkan para pemilik tambang melakukan penurunan produksi, sehingga perseroan dan group usaha di bidang jasa kontraktor penambangan dan pertambangan batubara juga terkena dampak penurunan produksi oleh pelanggan.
“Dengan kondisi tersebut, kami memutuskan untuk melakukan penyesuaian terhadap kapasitas produksi terkait sumber daya yang dimiliki, berupa jumlah alat berat dan tenaga kerja,” katanya.
Lebih lanjut, dalam penyesuaian tenaga kerja perseroan memiliki beberapa pilihan seperti, pengaturan waktu kerja, lalu tidak memperpanjang kontrak yang telah habis masa kontraknya.
Sebelumnya, Analis Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan mengaku telah berdiskusi dengan manajemen perusahaan berkode UNTR di Bursa Efek Indonesia itu. Salah satu topik yang dibicarakan dalam diskusi tersebut adalah program pensiun dini United Tractors untuk sekitar 1.500 karyawan dari total 23 ribu karyawan.
“Dengan asumsi Rp300 juta-Rp500juta per karyawan. Potensi beban satu waktu dari program pensiun dini sekitar Rp450 miliar-Rp750 miliar atau 7 persen-11 persen dari laba bersih 2015 yang diprediksi konsensus mencapai Rp6,6 triliun,” tulisnya dalam riset harian Mandiri Sekuritas.
Sara mengakui, pada tahun ini pihaknya memangkas target penjualan alat berat dan produksi batubara melalui anak usahanya PT Pamapersada Nusantara (Pama) tahun ini, yang disebabkan prospek harga batubara yang lemah.
“Tahun ini penjualan alat berat diprediksi hanya di kisaran 2.000 unit. Sementara penjualan batubara diprediksi 10 persen lebih rendah dari 2015,” jelasnya.