Rehabilitasi lingkungan di area operasional PT Kaltim Prima Coal dilakukan tidak semata-mata hanya untuk mengembalikan rona bekas pengerukan, tapi juga ditempuh dengan melibatkan masyarakat di lingkar tambang. Saban tahun, ratusan ribu bibit revegetasi dihasilkan melalui tangan-tangan warga lokal. Agenda penghijauan sekaligus pemberdayaan berjalan secara beriringan.
Sangatta – TAMBANG. Keseruan yang tumpah di tengah hamparan lapangan golf setiap menjelang petang, membuat para pekerja sama sekali tak merasa sedang berada di area tambang. Begitulah suasana kerja di lingkup PT Kaltim Prima Coal, salah satu penghasil batu bara anak usaha PT Bumi Resources di Kalimantan Timur.
Lapangan golf itu dulunya tempat mengeruk emas hitam, yang setelah purna produksi disulap menjadi kawasan yang asri, dan dimanfaatkan sebagai arena olahraga plus refreshing. Saking hijaunya, pohon-pohon tertentu yang tumbuh di sana dipetik bijinya untuk dibuihkan lagi, kemudian ditanam di lokasi reklamasi.
Dalam setahun, rata-rata area yang direklamasi oleh perusahaan mencapai seribu hektare. Misalnya di tahun 2017, perusahaan tercatat merehabilitasi lahan seluas 1.185 hektare, dengan jumlah tanaman sebanyak 657 ribu. Seluruh tanaman tersebut ditabur di 10 wilayah yang berada dalam pemantauan.
Keperluan bibit pohon sebanyak itu dipasok dari pusat pembibitan milik perusahaan seluas 3 hektare yang diberi nama “Tango Delta”. Dari lumbung ini, bibit diproduksi sekitar 45 ribu batang setiap bulan. Persemaian Tango Delta dimanfaatkan juga sebagai wahana belajar anak-anak di lingkar tambang. Tercatat tiap tahun ada seribu lebih pelajar yang berkunjung ke Tango Delta, mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Dasar.
Menariknya, selain dari rahim Tango Delta, pemenuhan bibit revegetasi Kaltim Prima Coal juga diperoleh dengan melibatkan masyarakat. Jumlah pekerja dari kalangan warga lokal sekitar 150 orang, yang dibekali pengetahuan praktis tentang bercocok tanam di area reklamasi, dan difasilitasi armada mobil double cabin sekitar 30 unit.
Persemaian warga yang diberdayakan oleh perusahaan tersebar di berbagai kecamatan, mulai dari Bengalon dengan produksi 27 ribu bibit per bulan, lalu di Rantau Pulung menghasilkan 5000 bibit per bulan, Sangatta Selatan menghasilkan 3000 bibit, serta Wahau menghasilkan 5000 bibit tiap bulan.
Lumbung-lumbung bibit tersebut saling melengkapi satu sama lain, Tango Delta kebanyakan menyiapkan jenis tanaman lokal dan fast growing, sedangkan persemaian masyarakat memasok jenis tanaman berdaur panjang, endemik, dan buah-buahan.
Kaltim Prima Coal memiliki gudang benih atau biji dengan kapasitas 10 ton, dengan pola pengaturan suhu agar kondisi benih tetap terjaga. Untuk mendukung perbanyakan bibit, perusahaan melakukan seleksi secara generatif melalui biji dan cabutan anakan pohon dari hutan di area tambang. Terdapat kebun pangkas seluas 2500 meter persegi yang memiliki tanaman dari keturunan Malvaceae, Fabaceae, dan Dypterocarpaceae, yang dapat diperbanyak secara vegetatif melalui stek batang dan stek pucuk.
Pengadaan benih dilakukan mandiri dengan cara mengambil biji dari area reklamasi yang berumur lebih dari 5 tahun. Diambil dari pohon tertentu di kawasan perkantoran, perumahan, dan yang berada di sekitar lapangan golf, juga mengumpulkan biji buah-buahan yang sehari-hari dikonsumsi karyawan.
Suksesi bibit revegetasi membutuhkan media tumbuh yang baik untuk dapat berkembang sesuai target. Untuk itu, perusahaan menambahkan kompos sebagai campuran topsoil, yang dihasilkan dari dapur Tango Delta sebanyak 7,5 ton per bulan, dan dari masyarakat lingkar tambang sebanyak 5 ton per bulan. Bahan-bahan kompos diolah dari sisa-sisa sampah bahan organik yang ada di lingkungan operasional, mulai dari kantin camp, tempat makan di kantor dan tambang, daun kering dari taman, potongan rumput, kertas bekas, serta serbuk gergaji dari sawmill.
Pola demikian melahirkan dua manfaat sekaligus. Pertama, bahan baku produksi kompos diperoleh tanpa merogoh kocek. Kedua, karyawan didorong untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Tak hanya itu, soal pengelolaan lingkungan, Kaltim Prima Coal mampu menyulap lubang bekas tambang menjadi sumber air bersih. Sebagaimana diketahui, danau yang tersisa dari penambangan terbuka kerap dituding membawa petaka bagi warga sekitar. Apa yang dilakukan Kaltim Prima Coal itu, dapat dijadikan bukti bahwa tudingan tersebut tidak sepenuhnya benar. Segala dampak pertambangan bisa dikendalikan dengan benar bila dikelola dengan cara yang tepat.
Debit pemanfaatan air dari void tersebut tercatat sebesar 260 liter per detik, yang dibagi menjadi dua jalur, yaitu untuk keperluan internal perusahaan sebesar 160 liter per detik, dan sisanya dialirkan kepada warga melalui saluran Perusahaan Daerah Air Minum Sangatta.
Pengelolaan sumber air bersih ini telah memenuhi berbagai standar yang ditentukan, mulai dari soal perencanaan, stabilitasi lereng, pengamanan lubang tambang, pengelolaan dan pemulihan kualitas air, pemanfaatan, pemeliharaan hingga standar pemantauan. Kaltim Prima Coal telah menyelesaikan konstruksi insfrastruktur pemanfaatan yang mencakup tanggul atau embankment, saluran outlet air, instalasi pompa dan pemipaan, yang seluruhnya menelan biaya hingga USD 1 juta lebih.
Berbagai agenda penghijauan ini dilaksanakan sebagai upaya pengembalian fungsi alam dan ekosistemnya. Menjamin agar generasi mendatang tetap memperoleh fungsi lahan sebagaimana mestinya, atau setidaknya, anak cucu yang nanti melanjutkan estafet kehidupan tidak kesulitan tempat untuk berteduh.