Limbah tidak selamanya menjadi biang masalah. Dengan pengelolaan yang serius dan kolaborasi, limbah dapat menjadi berkah. Bisa disulap menjadi campuran bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap yang rendah emisi. Bahkan dapat menciptakan lapangan kerja, mengais pundi-pundi rupiah.
Jakarta, TAMBANG – Iyus Sunardi lega. Masalah di tempatnya yang sudah menahun akhirnya menemukan solusi. Tumpukan limbah serbuk aren di Desa Kertaharja, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis dimanfaatkan sebagai bahan campuran batu bara untuk kelistrikan alias co-firing.
Sebagai Camat, Iyus berkewajiban memfasilitasi apa yang dibutuhkan warganya termasuk memanfaatkan limbah pabrik hasil pengolahan tepung aren. Di tempat Iyus mengabdi, terutama di Dusun Sarayuda, ada belasan pabrik tepung aren yang limbahnya sudah menggunung hingga mencapai 10 meter.
Tepung aren sendiri berasal dari ekstraksi empulur batang aren yang biasa digunakan sebagai bahan dasar makanan seperti cendol, kerupuk, sohun, siomay, pempek, cireng dan lain-lain.
Kata Sarjana Administrasi Publik ini, pihaknya sudah melakukan berbagai macam cara untuk memanfaatkan limbah serbuk aren agar punya nilai keekonomian bagi warganya. Namun, hasilnya tetap nihil.
Iyus putar otak mencoba peruntungan lain. Dia menggandeng PLN Group yakni PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) dan PLN Nusantara Power serta PT Pondok Hijau Energi untuk menjadikan limbah serbuk aren sebagai bahan co-firing pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Indramayu. Uji coba pemanfaatan limbah dilakukan Februari lalu.
PLTU Indramayu terletak di Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Total kapasitasnya mencapai 3X330 Megawatt (MW). Pembangkit ini mensuplai listrik untuk wilayah Jawa-Bali.
“Semoga, ini menjadi solusi penanganan limbah pengolahan tepung aren yang sudah jadi persoalan selama puluhan tahun,” ungkap Iyus.
Bagi Iyus, pengolahan serbuk aren tak sekadar bermanfaat untuk kelistrikan. Lebih dari itu, limbah membawa berkah untuk warganya. Ada nilai tambah yang bisa dirasakan karena dalam praktinya proses ini melibatkan masyarakat tak terkecuali pegiat usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). “Semoga program ini akan sustain,” tandas Iyus.
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan menjelaskan proses co-firing PLTU memang berkaitan erat dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kata dia, mulai dari proses pengumpulan, bongkar muat, transportasi, hingga produksi kerap melibatkan warga setempat.
“Selain mengubah limbah jadi rupiah, co-firing biomassa PLTU PLN juga membuka lapangan kerja baru serta menumbuhkan roda ekonomi di sekitar pemanfaatan biomassa,” ungkap Mamit saat dikonfirmasi tambang.co.id, Senin (4/11).
Kata Mamit, sejauh ini sudah ada 47 PLTU yang batu baranya sudah dicampur dengan biomassa. Per Kuartal III, total sudah ada 3 juta ton biomassa yang diserap PLTU dapat menurunkan emisi 3,2 juta ton CO2e. Kebanyakan biomassa berasal dari limbah perkebunan, pertanian, industri perkayuan dan sampah kota.
Mamit merinci limbah yang kerap dimanfaatkan PLN EPI seperti serbuk gergaji yang berasal dari limbah industri perkayuan atau sawmill, wood chip dari limbah tanaman replanting karet, cangkang kelapa sawit, sekam padi, bonggol jagung, tandan kosong kelapa sawit, serta limbah lainnya dari sektor perkebunan dan pertanian.
“Co-firing biomassa PLTU PLN bisa disebut sebagai program yang berhasil menyulap sampah jadi rupiah. Bahan baku yang digunakan untuk Co-firing PLTU PLN, dulunya merupakan limbah yang tidak memiliki nilai jual. Namun sejak adanya program Co-firing, limbah tersebut kini jadi punya nilai ekonomi,” pungkas Mantan Direktur Eksekutif Energy Watch ini.
Cerita sukses olah limbah jadi rupiah datang dari Barwan. Sejak banting setir menjadi pengepul serbuk kayu, penghasilannya meningkat cukup signifikan. Bayangkan saja, pada tahun 2023, dia bisa menyediakan serbuk kayu hingga 300 ton per bulan untuk co-firing PLTU Jeranjang, Kecamatan Gerung, Lombok Barat.
Kata Barwan, bisnis ini cukup sederhana. Mula-mula dia mencari tempat penimbunan serbuk kayu di tiap-tiap pengrajin mebel atau tempat pemotongan. Setelah mendapatkan tempat dengan serbuk kayu yang cocok, Barwan dan pegawainya memindahkan serbuk kayu ke karung untuk dibawa ke penampungan (shelter). Di sini, serbuk kayu dikeringkan sebelum dikirim ke PLTU Jeranjang. “Kami juga dapat berkontribusi dan membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar,” ungkap Barwan.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang terletak di Desa Taman Ayu, Lombok Barat dengan total kapasitas mencapai 3X25 MW. Saat ini, PLTU Jeranjang menjadi salah satu pembangkit utama di Pulau Lombok.
Pernyataan serupa disampaikan oleh Lalu Sultansyah, distributor sekam padi untuk co-firing di PLTU Jeranjang. Lalu Sultansyah menjelaskan sekam padi yang diproduksinya kini memiliki nilai ekonomi dan memberikan manfaat.
Setiap bulan, dia bisa menyuplai antara 400 hingga 600 ton sekam padi ke PLTU Jeranjang. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dia memperoleh sekam padi dari beberapa produsen yang berada di Lombok Tengah.
“Terima kasih PLN, kami merasa sangat terbantu, yang bisa memutar perekonomian kami terutama masyarakat sekitar dan pengelola sekam padi ini,” ujar Sultansyah.
Pada tahun 2024, PLN EPI yang merupakan Subholding PT PLN Persero ini menargetkan 43 PLTU untuk bisa diimplementasikan dengan co-firing. Tentu jika dilihat dengan realisasi saat ini atau hingga Kuartal III, realisasinya co-firing sudah melebihi target yakni mencapai 47 unit PLTU. Sementara pada tahun 2025, PLN EPI menargetkan co-firing sebanyak 52 unit PLTU.
Jika ditarik lagi ke belakang, realisasi co-firing pada 2023 cukup signifikan pencapaiannya di mana PLN EPI berhasil menyerap 1 juta ton biomassa untuk co-firing di 43 PLTU. Capaian ini tumbuh 71 persen dibanding dengan realisasi co-firing tahun 2022 yang hanya mencapai 585 ribu ton.
“Kami sebagai subholding yang menjamin rantai pasok energi primer ke pembangkit melakukan best effort untuk bisa menjaga keandalan listrik,” ujar Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara.
Omset Triliunan Libatkan Ratusan Ribu Orang
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyampaikan pemanfaatan biomassa terhadap PLTU memberikan dampak ekonomi yang luar biasa hingga mencapai Rp2 triliun per tahun. Proses co-firing ini menurut Darmawan sudah melibatkan 250 ribu orang.
Darmawan menyatakan bahwa PLN tetap berkomitmen untuk mendukung Pemerintah dalam upaya pengurangan emisi karbon, khususnya di sektor kelistrikan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan membangun ekosistem biomassa yang handal untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik.
“PLN membangun ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan. Dalam hal ini kami menjalin kolaborasi dengan masyarakat, pemerintah daerah dan pemangku kebijakan terkait dengan memanfaatkan lahan-lahan kritis menjadi penyuplai biomassa dengan sistem pertanian terpadu,” ungkap Darmawan dalam Green Talk bertajuk Strategi Penjaminan Penyediaan Bahan Baku dan Peningkatan Keekonomian untuk Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), Senin, 30 September 2024.
Secara keseluruhan, co-firing di PLTU turut membantu proses transisi ke energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, sambil tetap memanfaatkan infrastruktur yang ada untuk menghasilkan energi. Selain dapat mengurangi emisi karbon, co-firing memiliki sejumlah manfaat seperti mengurangi ketergantungan pada energi fosil batu bara, mendukung pembangunan ekonomi lokal berbasis kerakyatan, meningkatkan keberlanjutan energi, dan menurunkan biaya operasional.
Sejalan dengan hal tersebut, co-firing dapat menjadi salah satu cara untuk mendukung swasembada energi sebagaimana menjadi visi besar Presiden Prabowo Subianto yang disampaikan pada pidato kenegaraan perdananya.