Beranda ENERGI Migas Belum Lima Tahun Pertamina Sudah Miliki 89.383 Pelanggan Jargas Kota

Belum Lima Tahun Pertamina Sudah Miliki 89.383 Pelanggan Jargas Kota

Jakarta-TAMBANG- PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, berkomitmen mendukung langkah pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan gas. Ini dilakukan dengan membangun jaringan gas rumah tangga, hingga diversifikasi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG). Dalam tempo kurang dari lima tahun, sejak Juli 2013 hingga 2017 Pertamina akan memiliki 89.383 sambungan jaringan gas rumah tangga sebagai penugasan dari pemerintah, 26.225 sambungan rumah tangga (SR) di antaranya sudah beroperasi hingga awal Maret 2016.

Wianda Pusponegoro, Vice Presdient Corporate Communication Pertamina, mengatakan jaringan gas (jargas) yang sudah beroperasi itu tersebar di enam kota di Tanah Air, yaitu Prabumulih, Sumatera Selatan sebanyak 4.650 SR; Jambi sebanyak 4.000 SR; dan Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan sebanyak 4.172 SR. Selain itu, jargas kota Pertamina juga terdapat di Bulungan, Kalimantan Timur sebanyak 3.300 SR; Sidoarjo, Jawa Timur 6.154 SR; dan Bekasi, Jawa Barat 3.949 SR.

“Total investasi untuk pengembangan jaringan gas di enam kota tersebut hampir mencapai Rp 500 miliar,” ujar Wianda di Jakarta, Selasa (7/3).

Wianda mengatakan Pertamina berkomitmen untuk meningkatkan jaringan gas kota sehingga pada 2017 akan mencapai 89. 383 SR dan akan terus ditingkatkan setiap tahunnya. Tahun ini Pertamina mendapat penugasan dari pemerintah untuk mengembangkan jaringan gas kota di enam wilayah sebanyak 23.158 SR. Konstruksi pipa untuk delapan wilayah jaringan gas rumah tangga itu dibangun sejak 2012 hingga 2015 dengan target operasi mulai kuartal II 2016 hingga kuartal IV 2016.

“Jargas kota untuk SR tahun ini yang ditargetkan beroperasi berada di Lhokseumawe dan Lhok Sukon, Aceh sebanyak 3.997 dan 3.923 SR, Pekanbaru 3.713 SR, Subang 4.000 SR, Ogan Ilir di Sumatera Selatan 3.725 SR, dan Sidoarjo 3.800 SR,” jelas Wianda.

Pertamina juga tengah melakukan konstruksi jaringan jargas kota untuk tiga kota, yaitu Prabumilih, Balikpapan, dan Cilegon. Total jumlah sambungan rumah tangga untuk tiga kota tersebut mencapai 40 ribu SR, terdiri atas Prabumulih 42 ribu SR, Balikpapan 4.000 SR, dan Cilegon 4.000 SR. “Target operasi jargas di tiga kota ini tahun depan,” jelas Wianda.

Selain mengoperasikan jargas kota, menurut Wianda, Pertamina tahun ini juga membangun 53 unit stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). Pada Kamis (3/3) pekan lalu, proyek infrastruktur gas bumi yang dibangun Pertamina sebagai bagian dari penugasan pemerintah diresmikan. Proyek tersebut secara keseluruhan berupa 18 unit SPBG, dua lokasi Jaringan Gas, dan lima unit Grass Transportation Module (GTM) dengan nilai anggaran Rp 2,1 triliun.

Sudirman Said, Menteri ESDM, mengapresiasi langkah Pertamina yang menunjukkan komitmen tinggi untuk bersama-sama mewujudkan pembangunan infrastruktur gas. Menurut dia, program konversi BBM ke BBG sangat memerlukan dukungan dari segenap pemangku kepentingan, meliputi pemerintah pusat dan daerah, BUMN, dan instansi lain yang terkait.

“Semua pihak harus saling berkoordinasi dan membangun komunikasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat calon pengguna gas bumi sehingga program ini dapat diterima masyarakat dan berjalan dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Andy Noorsaman Soomeng, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), mengatakan Pertamina sebagai perusahaan energi memiliki rantai pasokan gas yang sangat baik, mulai dari produksi gas dari lapangan-lapangan gas yang dimiliki, pipa transmisi dan distribusi hingga niaga gas. “Ini merupakan satu rantai nilai yang terpadu, sehingga membuat Pertamina efisien di dalam bisnis gasnya,” kata dia.

Ibrahim Hasyim, Ketua Alumni Akademi Migas, mengatakan pengembangan jargas kota akan sangat sulit jika hanya mengandalkan dana APBN yang terbatas. Untuk itu, pemerintah bisa memberikan insentif ke badan usaha agar mau membangun jaringan gas. Pasalnya, jika dibangun dengan prinsip-prinsip komersial, pembangunan jaringan gas rumah tangga tidak akan masuk. “Apakah itu mungkin? Secara selektif itu mungkin. Hal ini pernah dilakukan Pertamina di Prabumulih,” katanya.

Menurut Ibrahim, saat itu Pertamina mendapat penugasan membangun jaringan gas rumah tangga untuk 3.000-4.000 SR di Prabumulih. Namun, penugasan tersebut hanya ditujukan untuk tiga kecamatan, dua kecamatan lainnya tidak mendapat porsi untuk dibangun jargas.

“Lalu disimulasikan dengan Pertamina. Ternyata bisa, dengan syarat pemerintah daerah mendukung penuh. Jangan sampai nanti saat memasang pipa, ribut lagi,” tandasnya.