Jakarta, TAMBANG – PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), anak perusahaan PT Buma International Tbk (DOID), memiliki prospek yang menjanjikan dalam aktivitas pengupasan lapisan tanah penutup (overburden removal/OB) pada tahun 2025. Hal ini didukung oleh beberapa kontrak strategis yang telah diperoleh perusahaan.
“Kita ada (proyek tambang) yang baru kan. Misalnya kayak Bayan, itu juga growth-nya sangat luar biasa,” ungkap Direktur BUMA International, Iwan Fuad Salim dalam Media Iftar Gathering di Jakarta, Selasa (24/3).
Iwan tidak menjelaskan berapa jumlah pasti target produksi OB di tahun 2025 lantaran laporan buku Buma Internasional 2024 masih dalam tahap finalisasi.
“Tapi detailnya kita lagi kumpulin, jadi kita belum bisa bilang sekarang. Masih digabung-gabungkan,” jelas Iwan.
Semarak Ramadan, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Ditjen Minerba Bagikan 500 Paket Sembako Murah
Pada tahun lalu, Buma International mencatatkan sejumlah tonggak penting yang signifikan untuk mendorong pertumbuhannya di masa depan. Pencapaian ini mencakup perpanjangan kontrak 11 tahun senilai USD7,8 miliar dengan PT Indonesia Pratama (IPR), anak perusahaan Bayan Group.
Kemudian perpanjangan kontrak dua tahun senilai AUD 200 juta untuk Tambang Meandu di Australia dengan TEC Coal Pty Ltd, serta kontrak baru sepanjang usia tambang senilai USD 755 juta dengan PT Persada Kapuas Prima (PKP) di Kalimantan Tengah.
Dalam kesempatan ini, Iwan juga menyampaikan realisasi OB sepanjang tahun 2024 jumlahnya masih dalam tahap rekapitulasi. Meski begitu, dia menyampaikan pada tahun ini ada beberapa site yang batu baranya sudah habis.
“Masih di finalisasi, cuman mungkin gambaran aja, kita Ada beberapa site yang tahun ini itu, batu bara sudah habis. Jadi kayak di Berau, itu kan Site Lati dan Binungan kita udah namanya selama lebih dari 30 tahun. Jadi memang sudah habis lah, gitu. Tapi, dia gradual ada yang Q3 tahun ini, ada yang Q1 tahun depan,” beber Iwan.
Sebagai gambaran, pada tahun 2024, BUMA menargetkan OB sebesar 580 juta bcm hingga 630 juta bcm. Dari situ, Perseroan memasang proyeksi pendapatan sebesar USD 1,72 miliar atau setara dengan Rp 27,10 triliun.