Jakarta-TAMBANG. Harga batu bara Rotterdam mengalami penurunan untuk dua sesi berturut-turut pada (21/9). Harga komoditas sumber energi ini kembali terpukul mundur setelah harga minyak mentah terpukul mundur dengan tajam. Pergerakan harga minyak mentah dan batu bara memang memiliki korelasi positif.
Anjloknya harga minyak mentah kembali terjadi di tengah prediksi bahwa negara-negara OPEC tidak akan menurunkan produksi. Kondisi ini mengakibatkan tekanan jual terhadap harga batu bara meningkat. Melemahnya harga minyak membuat permintaan terhadap komoditas sumber energi alternatif seperti batu bara menjadi berkurang.
Secara umum harga batu bara global maupun dalam negeri memang sedang lesu disebabkan oleh tingginya pasokan dan lemahnya permintaan. Kekuatiran mengenai penurunan permintaan terjadi akibat sinyal melambatnya ekonomi Tiongkok. Tiongkok sendiri merupakan konsumen batubara terbesar di dunia.
Di akhir perdagangan akhir minggu lalu harga batu bara Rotterdam berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak bulan Oktober berada di posisi US$ 53,35 per ton. Harga komoditas tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar US$ 0,40 atau setara dengan 0,74% dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara itu harga batubara berjangka di bursa SGX untuk kontrak bulan Oktober hari ini diperdagangkan pada posisi US$ 49,25 per ton. Harga komoditas ini masih stagnan dibandingkan perdagangan Jumat lalu.
Sementara itu harga batu bara kontrak SGX IHS McCloskey Indonesian Sub-Bit FOB Index Futures bulan Oktober 2015 ditransaksikan pada posisi US$ 39,85 per ton. Harga masih stagnan dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga batu bara berjangka Rotterdam pada perdagangan selanjutnya masih akan dipengaruhi oleh kinerja harga minyak mentah. Potensi penurunan lanjutan masih kuat sebab secara fundamental trend harga batubara masih bearish kuat, terutama untuk jangka panjang.
Harga batubara berjangka berpotensi mengetes level support pada posisi US$ 53,00 dan support kedua di level US$ 52,00. Sedangkan level resistance yang akan dites jika terjadi peningkatan harga ada pada posisi US$ 54,00 dan US$ 55,00.