Pelarangan batu bara dengan kadar debu dan sulfur tinggi akan memukul industri tambang batu bara Australia. Hanya 55% batu bara Australia yang bakal memenuhi syarat. Indonesia dan Columbia diuntungkan. Cina beralih ke gas.
Sekitar 55% batu bara termal Australia yang diekspor ke Cina diperkirakan mampu memenuhi persyaratan. Sebanyak 29% tidak mampu, dan 16% lainnya hanya mampu memenuhi sebagian. Colombia dan Indonesia, yang batu baranya memiliki kadar debu dan belerang rendah, paling diuntungkan. Setelah itu baru Australia dan Afrika Selatan. Rusia dan Mongolia yang batu baranya dinilai kotor, paling banyak tidak memenuhi syarat.
Kolumnis bisnis koran The Australian, Robin Bromby, dalam tulisannya hari ini menulis, ketentuan baru Cina yang menyaring batu bara kotor agar tidak diimpor disampaikan oleh Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional.
Sebelum pengumuman itu disampaikan, sas-sus bermunculan ihwal batas baru ambang batas jumlah belerang dan debu yang diizinkan. Robin Bromby mengatakan, analisisnya sama dengan yang dikemukakan oleh analis komoditi dari Commonwealth Bank, Lachlan Shaw dan Vivek Dhar.
Aturan baru itu mulai berlaku sejak 1 Januari 2015, diniatkan untuk memperbaiki kualitas udara Cina, yang dikeluhkan terlalu terpolusi. Inti aturan itu adalah batu bara dengan kadar abu dan belerang yang tinggi dilarang masuk.
Pemerintah juga akan tegas melarang pemakaian batu bara baik yang diimpor maupun produksi dalam negeri, yang kadar abu dan belerangnya tinggi. Pelarangan ini berlaku untuk kota-kota di pantai dan di bagian utara, yang selama ini udaranya paling tercemar.
Sebanyak 52% batu bara termal di Cina digunakan untuk pembangkit listrik. Sebanyak 22% (sekitar 750 juta ton) dipakai untuk boiler di pabrik, industri pengolahan, dan rumah tangga. Inilah yang kemungkinan besar akan paling terkena dampak larangan batu bara kotor. Pemerintah Cina tengah berupaya mengalihkan pemakaian batu bara ke gas.
Analisis Commonwealth Bank dalam laporannya mengenai masa depan permintaan batu bara oleh Cina memperkirakan, Cina akan mengalami perlambatan ekonomi. Akibatnya, permintaan batu bara pasti turun.
Untuk mengatasi polusi, Cina akan memperbanyak pemakaian gas alam dan gas alam cair. Tambang di dalam negeri akan meningkatkan produksinya, untuk menambah pasokan.
Indonesia diperkirakan akan paling menikmati untung. Kadar debu batu bara dari Indonesia mayoritas 5-7%, dengan sulfur 1%. Namun masih belum jelas apakah Indonesia akan menambah kuota ekspor.
Bagi perusahaan tambang Australia, salah satu jalan untuk mengurangi dampak pelarangan batu bara kualitas rendah itu adalah mengalihkan ekspornya ke Jepang, Korea, dan Taiwan (Iwan QH/The Australian)