Jakarta – TAMBANG. PT Atlas Resources, Tbk (ARII) mulai melirik bisnis pembangkit listrik. Bahkan saat ini mereka sedang mengikuti empat tender pembangunan pembangkit listrik. Presiden Direktur Atlas Resources, Andre Abdi, memaparkan bahwa Atlas bakal menjadi perusahaan yang bergerak di bidang batu bara terintegrasi dengan perusahaan pembangkit swasta (Independent Power Producer / IPP).
Melalui anak usahanya, PT Atlas Daya Energy, ARII tengah mengikuti empat tender pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang atau mine mouth coal power plant. Keempat PLTU Mulut Tambang itu adalah PLTU Sumbagsel I (2×150 MW), PLTU Sumsel I (2×300 MW), PLTU Bengkulu (2×100 MW), dan PLTU Sumsel 10 (2×600 MW).
Dari keempat proyek tersebut, baru tender PLTU Sumsel 10 yang sudah masuk tahapan pengajuan proposal penawaran. Sementara tiga tender lainnya masih dalam tahapan prakualifikasi.
Sekretaris Perusahaan ARII Aulia Setiadi juga menambahkan, sejak tender dibuka November 2012 lalu, hingga kini pemerintah belum menerbitkan jaminan atas proyek itu. “Kami berharap dalam waktu dekat jaminan pemerintah itu bisa segera diterbitkan,” ungkap dia dalam paparan publik di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (11/12).
Dia mensinyalir, tak kunjung keluarnya jaminan itu dipicu belum adanya kepastian soal kalori batu bara untuk PLTU Mulut Tambang tersebut. Saat ini, masih jadi ada perdebatan kalori batu bara untuk PLTU yakni dengan kalori di bawah 3.000 kilo kalori per kilogram (kkal/kg) atau kalori 4.000 kkal/kg.
Meski demikian, jika anak usaha ARII memenangkan tender PLTU Mulut Tambang Sumsel 10, pihaknya akan menggunakan batu bara dengan kalori 3.000 kkal/kg yang berasal dari Hub Ogan Komering Ulu, sesuai dengan yang diajukan PLN. “Namun besaran kalori itu merupakan kebijakan pemerintah, dan kami akan tunduk dengan proses itu,” imbuh dia.
Bila pemerintah menetapkan ARII menjadi pemenang tender, pihaknya akan membentuk tim yang memiliki kualifikasi di bidang PLTU. Perusahaan juga akan menggandeng mitra usaha asal Jepang yaitu Toyota, dan perusahaan pembangkit listrik terbesar di Eropa bernama Venosa. “Investasi untuk pabrikasi pembangkitnya saja mencapai US$ 1,5 miliar per unit,” jelas dia.
Di bawah bendera Atlas Daya Energy, ARII juga memiliki anak usaha bernama PT Hanson Energi yang segera menandatangani kontrak baru penjualan batu bara ke PLN, yaitu untuk PLTU Pangkalan Susu di Medan dan PLTU Pelabuhan Ratu di Sukabumi.
Kapasitas masing-masing 1 juta ton batubara per tahun. Kontrak ini memiliki periode 20 tahun dan harga Rp 500.000 per ton.
Menurut Andre, Atlas tahun depan menargetkan produksi sebesar 4,3 juta ton batubara karena mendapat order dari dua pembangkit PLN. Angka ini lebih gede dari tahun ini 3 juta ton. Demi menggenjot produksi, ARII menyiapkan belanja modal US$ 34 juta pada 2015. “Dana itu untuk membangun proyek penunjang produksi,” ungkap dia.
Anak usaha Atlas pun turut mendukung usaha induknya. Misal PT Atlas Daya Energy akan menjadi penyuplai energi pembangkit serta menjadi kontraktor pembangun pembangkit listrik, Sementara, di PT Sriwijaya Bara Logistik akan memayungi infrastuktur pelabuhan dan jalan di Sumatera serta anak usaha lainnya yaitu PT Optima Persada Energi, perusahaan perminyakan atau perusahaan tambang.