Jakarta, TAMBANG – Industri minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia tengah dihadapkan pada tantangan berkurangnya sumber daya alam. Optimalisasi sumur tua pun terus didorong dalam upaya meningkatkan produksi migas nasional.
“Banyak sumur gas yang mengalami water blocking yang akibat penipisan alami, penerobosan air dan kepasiran di dalam formasi, berupa cairan yang mengumpul di lubang sumur. Hal tersebut mengakibatkan adanya peningkatan tekanan hidrostatik dan back pressure ke dalam formasi, sehingga produksi gas akan mengalami penurunan secara signifikan, dan kemungkinan terburuk sumur akan mati,” ungkap Kepala Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” Ariana Soemanto, dikutip dalam keterangan resmi, Rabu (18/1).
Menurut Ariana, untuk mengatasi hal tersebut digagaslah “Agent” atau Organic Foaming Agent buatan LEMIGAS. Kata dia, “Agent” ini diproduksi untuk mengatasi permasalahan water blocking dalam sumur gas dengan aditif organik yang aman bagi reservoar, peralatan produksi dan ramah lingkungan.
“Laboratorium Eksploitasi LEMIGAS mengolah umbi porang dan asam lemak nabati turunan CPO, menjadi produk organic foaming agent yang mampu mentransformasi air menjadi foam untuk menurunkan densitas air, sehingga gas mampu mengalir dan terproduksi kembali,” ujar Ariana.
Sementara itu Pelaksana Harian Koordinator Pengujian Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi, Yohannes B Doi Wange menambahkan bahwa “Agent” memiliki senyawa yang tahan temperatur dan memiliki salinitas tinggi.
“Senyawa foaming agent ini juga tahan temperatur dan salinitas tinggi, serta kompatibel dengan air formasi. Inovasi ini ialah solusi terbaik untuk masalah water blocking pada sumur gas,” ungkapnya.
Hingga saat ini, inovasi Organic Foaming Agent telah dikembangkan lebih lanjut melalui pengujian terhadap beberapa sampel air formasi, baik dari sumur gas maupun minyak. Diharapkan inovasi teknologi ini mampu menjadi salah satu alternatif untuk membantu kelancaran operasional produksi sumur gas.