Jakarta, TAMBANG – Saat ini, pengelolaan sumber daya alam di Indonesia mulai meninggalkan cara-cara konvensional. Kegiatan eksplorasi atau pencarian sumber minyak baru, banyak dilakukan di wilayah lepas pantai.
Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar menyatakan, untuk pengelolaan migas lepas pantai dibutuhkan sekitar USD 15 – 20 juta untuk eksplorasi di shallow water.
“Sedangkan untuk deep water, satu sumurnya bisa mencapai USD100 juta atau sekitar Rp1,5 triliun, untuk dapat minyaknya belum tentu. Misalnya kita sudah berinvestasi untuk empat sumur, berarti Rp6 triliun, kalau tidak ketemu minyaknya, tidak akan kembali Rp6 triliun itu,” ungkap Arcandra, dalam keterangan resminya, Senin (19/11).
Arcandra mengungkapkan, hal seperti inilah yang harus dapat dipahami oleh setiap mahasiswa. Bahwa ini bukan permasalahan bangsa kita tidak mampu mengelolanya, melainkan karena dalam pengelolaan sumber daya alam tidak semua berujung pada kesuksesan, ada resiko disitu.
“Dan kita juga harus mengakui adanya gap yang cukup besar baik dari sisi human resources, teknologi dan juga pendanaan yang dimiliki,” lanjut Arcandra.
Terkait human resources, Arcandra mengatakan bahwa sebenarnya kita mampu mempersempit gap tersebut. Salah satu caranya adalah dengan belajar dari orang yang memang mampu dan terbukti keahliannya dalam mengelola sumber daya alam.
“Kalau mau menutup gap dari human resources, bukan mengatakan kalau asing tidak boleh masuk. Kita harus terbuka kepada investasi yang masuk sehingga kita bisa belajar untuk mengelola pengelolaan sumber daya alam,” pungkas Arcandra.