Jakarta,TAMBANG, Pemerintah kembali memberikan insenti bagi PT Anek Tambang,Tbk (ANTAM) berupak ekspot bijih bauksit tercuci. Hal ini disampaikan perusahaan tambang plat merah ini dalam siaran persnya. Persetujuan ekspor bijih bauksit tercuci ini dengan kadar Al2O3 ≥42% sebesar 1,89 juta wet metric ton (wmt) untuk periode tahun 2021-2022.
Insentif ini diberikan terkait dengan pelaksanaan proyek hilirisasi pembangunan Pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR). Izin ekspor mineral ini melengkapi izin ekspor bijih bauksit yang telah dimiliki ANTAM sebelumnya sebesar 840 ribu wmt atas kepemilikan Pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan.
ANTAM masuk dalam kriteria Perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Bauksit yang telah memiliki dan mengoperasikan serta mengembangkan fasilitas pemurnian mineral di dalam negeri. Oleh karena itu, saat ini ANTAM diperkenankan melakukan ekspor bijih bauksit tercuci dengan kadar Al2O3 ≥42%.
Pemerintah sendiri masih membuka kran ekspor bijih bauksit tercuci sampai dengan tahun 2023. Izin ekspor ini diberikan sebagai insentif bagi perusahaan yang membangun smelter bauksit.
Pada tahun 2020, ANTAM membukukan volume produksi bauksit unaudited pada triwulan ke-4 tahun 2020 (Oktober-Desember, 4Q20) sebanyak 255 ribu wmt. Baukti ini digunakan dalam produksi alumina serta penjualan kepada pelanggan pihak ketiga. Sementara penjualan bauksit unaudited 4Q20 mencapai 276 ribu wmt. Sepanjang tahun 2020, penjualan bauksit unaudited ANTAM mencapai 1,23 juta wmt dan tingkat produksi bauksit unaudited mencapai 1,55 juta wmt.
ANTAM saat ini masih membangun proyek hilirisasi baik bauksit maupun nikel. Untuk komoditi bauksit, ANTAM tengah fokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek ini dibangun bekerjasama dengan PT INALUM (Persero) ini memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun untuk tahap 1.