Jakarta-TAMBANG. Dua BUMN pertambangan, PT Antam (Persero) Tbk dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) bersepakat untuk mendirikan perusahaan patungan bagi pembangunan dan pengoperasian Smelter Grade Alumina Refinery(SGAR) atau pengolahan bauksit menjadi alumina di Kalimantan Barat.
Direktur Utama Antam, Tedy Badrujaman mengatakan, kesepakatan Antam dan Inalum membentuk perusahaan patungan dengan mitra strategis adalah langkah lanjutan setelah kedua perusahaan menandatangani nota kesepahaman Juli lalu.
Kata Tedy, smelter itu akan mulai dibangun pada 2016 dan beroperasi pada 2019. Rencananya smelter itu memiliki kapasitas sebesar dua juta ton SGA per tahun dan akan dibangun bertahap dengan kapasitas satu juta ton SGA per tahun pada tahap pertama.
Antam dan Inalum akan segera menetapkan skema kerja sama antara dua perseroan yang dituangkan dalam perjanjian pemegang saham. Langkah itu diperlukan sebelum mendirikan perusahaan patungan dengan mitra strategis berupa perusahaan internasional dalam industri aluminium dan pengolahan biji bauksit menjadi alumina.
“Pembangunan SGAR Mempawah akan meningkatkan nilai cadangan bauksit Antam yang besar melalui kegiatan hilirisasi,” ujar Tedy seperti dikutip dari Antara, Jumat (16/10).
Sementara itu Direktur Utama Inalum Winardi Sunoto mengatakan kerja sama dengan Antam merupakan upaya merealisasikan industri hulu aluminium Indonesia. Sinergi dengan Antam adalah usaha pertumbuhan berkelanjutan korporasi untuk merealisasikan industri hulu aluminium Indonesia sehingga akan terintegrasi sampai produk hilir aluminium untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing.
Melalui pengoperasian SGAR, kata Winardi, Inalum dan Antam akan mengolah cadangan bauksit sehingga Inalum akan memeroleh pasokan bahan baku aluminium dari dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan terhadap impor aluminium. Inalum saat ini memiliki kapasitas peleburan aluminium sebesar 250.000 ton aluminium ingot per tahun yang membutuhkan minimal 500.000 ton alumina per tahun.
Winardi menuturkan Inalum berencana untuk meningkatkan kepasitas menjadi 500.000 ton aluminium per tahun pada 2020 yang membutuhkan minimal satu juta alumina per tahun sebagai bahan baku. Sementara untuk hilirisasi, mulai akhir 2016 Inalum akan menghasilkan produk baru dengan nilai tambah lebih.
Sebagai informasi, selain proyek alumina milik Antam-Inalum, belum ada satu pun pabrik pengolahan alumina di tanah air. Satu-satunya perusahaan yang tingkat kemajuannya paling pesat adalah fasilitas pengolahan bauksit menjadi alumina milik Harita Grup. Hingga pertengahan 2015, kemajuan pembangunannya sudah mencapai 40%.