Jakarta-TAMBANG. PT Sejahtera Alam Energy (SAE) terus menunjukkan keseriusan menggarap proyek pembangkit listrik panas bumi. Ini ditunjukkan dengan rencana perusahaan tersebut akan melakukan kegiatan pengeboran sumur pertama dilakukan pada akhir 2017. PT Sejahtera Alam Energy, adalah usaha kerjasama PT Trinergy bersama dengan STEAG PE GmbH asal Jerman, saat ini menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) wilayah kerja panas bumi (WKP) Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah.
“Akhir tahun ini kami akan melakukan pengeboran sumur pertama dengan kedalaman 3500 meter. Kontraktornya Halliburton,” demikian President Director PT Sejahtera Alam Energy Daniel Moelk di ajang Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE), Jakarta, Kamis (3/8).
Daniel mengakui untuk pengeboran satu sumur bisa memakan waktu dua bulan. Hasil dari pengeboran sumur tersebut nantinya menjadi acuan untuk pengembangan sumur-sumur lainnya. Di wilayah tersebut nantinya akan dibangun pembangkit berkapasitas 220 megawatt (MW), dimana proyek tersebut termasuk di dalam proyek percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW Tahap kedua. PLTP Baturraden ditargetkan beroperasi pada paling lambat pada 2024.
Adapun penandatanganan perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) untuk PLTP Baturraden sudah dilakukan pada 2014, dengan harga US$ 9,47 sen per kwh.
Di tempat yang sama Presiden Komisaris SAE Herman Afif Kusumo menambahkan, bahwa saat ini SAE sedang menuntaskan pekerjaan infrastruktur yaitu pengembangan dan pembuatan akses jalan sepanjang 27 KM ke lokasi pemboran (Wellpad F), area utilitas dan konstruksi Wellpad F.
Investasi yang telah dikeluarkan oleh SAE untuk mengembangkan WKP Baturaden sudah lebih dari US$30 juta. “Total investasi yang kami siapkan untuk tahap ekplorasi sekitar US$75 juta. Sementara total investasi proyek ini mencapai US$ 900 juta,” terangnya.
Tokoh Pertambangan ini mengatakan pihaknya mendapatkan mitra kerja yang kompeten dan berpengalaman yakni STEAG PE GmbH yang merupakan perusahaan publik di Jerman. Dia optimistis bahwa proyek ini akan berjalan dengan baik sesuai rencana. Apalagi, kata Herman, pemerintah Indonesia juga memiliki komitmen yang kuat untuk mengembangkan potensi panas bumi yang ada di Indonesia.
Diakui bahwa dalam menggarap proyek panas bumi memang tidak mudah. Selain dibutuhkan dana yang tidak sedikit juga teknologi. “Kami bersyukur bahwa mereka mau menginvestasikan dana yang tidak sedikit untuk proyek ini. Setelah ini sukses, tidak menutup kemungkinan kami akan mengembangkan proyek-proyek lainnya,” kata Herman.
Tantangan lain yang juga ditemui adalah terkait regulasi dan birokrasi serta masih adanya penolakan warga maupun LSM, karena menganggap proyek panas bumi akan merusak lingkungan. “Menurut saya ini hanya masalah pemahaman saja. Jadi, pelan-pelan kami juga akan mengedukasi warga dan sosialisasi, dengan menggandeng perguruan tinggi setempat, bahwa panas bumi ini merupakan energi yang paling ramah lingkungan,” jelas Bregas H Rochadi, Direktur SAE.