Jakarta-TAMBANG– Beberapa waktu lalu AG &P (Atlantic, Gulf, and Pacific Company), penyedia solusi infrastruktur untuk industri energi, sumber daya alam, dan lainnya, mengumumkan kerjasama dengan GAS Entec. GS Entec sendiri tidak lain perusahaan teknik dan desain terkemuka asal Korea Selatan dengan fokus pada pengaplikasian gas alam cair (LNG) berskala kecil dan menengah
Selama ini AG & P selalu menawarkan rangkaian produk darat dan apung untuk distribusi dan penggunaan LNG, seperti penyimpanan LNG, regasifikasi, LNG fuel bunkering, solusi energi berbahan bakar LNG, struktur mooring terbaru dan aplikasi penyimpanan dingin. AG&P dan GAS Entec sedang mengembangkan standar produk LNG dan yang bisa disesuaikan untuk pelanggan dengan cepat tersedia dan terjangkau.
Pihak AG&P menilai pipa LNG virtual yang dimilikinya akan menjembatani kebutuhan kapasitas listrik di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dengan fokus pada distribusi LNG. Secara spesifik, pipa baru perusahaan menawarkan jaringan sistem pengiriman yang ekonomis dengan skala kecil termasuk kapal, terminal re-gasification dan pembangkit listrik skala kecil.
Hal ini akan membuat LNG sebagai pilihan energi yang terjangkau bagi produsen listrik di Indonesia. AG&P dan GAS Entec dapat menyediakan bagi pelanggan dengan saluran layanan penuh mulai dari pembelian sampai ke maintenance dengan memanfaatkan solusi penyimpanan membran yang unik dari GTT.
Untuk diketahui GTT (Gaztransport & Technigaz), adalah perusahaan engineering dari Perancis dan selama ini menjadi pemimpin dalam desain sistem penahanan membran untuk transportasi dan penyimpanan gas cair. Bahkan AG&P sejauh ini merupakan salah satu dari tiga perusahaan global, dan yang pertama di Asia Tenggara yang dilisensikan untuk menggunakan teknologi GTT ini.
Teknologi ini diyakini bakal memberikan solusi baru yang sangat high-tech dan bisa disesuaikan untuk berbagai keperluan. Solusi ini memungkinkan LNG untuk dikirimkan ke lokasi yang sebelumnya tidak dapat diakses dengan waktu cepat.
Julian Thomas VP, Corporate, AG& P menjelaskan bahwa teknologi ini sangat relevan untuk pasar Indonesia di mana pemerintah telah mengumumkan rencana untuk menambah 35GW kapasitas listrik selama empat tahun ke depan dengan proyeksi investasi U$88 miliar.
Tentu semua pembangkit listrik akan membutuhkan tangki, dan banyak tangki-tangki ini terapung di atas air. Di sinilah partnership antara AG&P, GAS Entec dan GTT memberikan peluang yang besar. “Kami dapat memberikan kapal penyimpanan dan solusi dengan harga terjangkau, terbaik di kelasnya, di darat dan atas air untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Salah satu contoh adalah Floating Regasification Unit (FRU) yang sudah beroperasi dengan sukses adalah FSRU di Bali. FSRU ini didesain oleh GAS Entec dan ini adalah terminal LNG mini pertama di Indonesia yang memasok 40 juta standar kaki kubik gas per hari (mmscfd) ke pembangkit listrik Pesanggaran di Bali. FSRU ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Maret 2016 silam.
“Kami berharap AG&P dan GAS Entec untuk terus mendorong limitasi industry yang terus berkembang dan revolusioner ini dengan menyediakan LNG untuk generasi baru pengembang yang inovatif, perusahaan listrik, pemilik kapal, armada perikanan dan lain-lain dengan cara yang baru,”kata Julian Thomas.
Saat ini, LNG banyak tersedia di hub (pusat) utama seperti Qatar, Northwest Shelf (barat utara Australia) dan Singapura. Namun belum ada infrastruktur yang tersedia untuk mendistribusikan secara efisien untuk pasar yang lebih kecil. Oleh karena itu, masih ada permintaan besar untuk di distribusikan ke seluruh Asia Tenggara, terutama di Filipina dan di Indonesia. “Secara paralel, LNG sebagai bahan bakar menjadi bagian fokus perencanaan pembangunan untuk produsen listrik. Mereka ini adalah calon klien AG&P,”ungkap Julian.
Menurut Julian AG&P saat ini menawarkan layanan terintegrasi untuk proyek pembangkit listrik tidak hanya di Indonesia, tapi di Myanmar, Jepang dan tentu saja, Filipina. Secara spesifik, AG&P dan GAS Entec menyediakan rangkaian produk darat dan di atas air untuk distribusi dan penggunaan LNG, seperti penyimpanan LNG, regasifikasi, bunkering bahan bakar LNG, solusi tenaga berbahan bakar LNG, struktur mooring baru dan aplikasi penyimpanan dingin.
“Kami memanfaatkan puluhan tahun pengalaman untuk memberikan keperluan modular dan smart untuk proyek LNG darat yang raksasa, seperti proyek Gladstone dan Ichthys LNG di Australia,”jelasnya. Pihaknya demikian Julian menggabungkan teknologi ini dengan solusi LNG baru yang padat dan menengah demi membantu pengembang listrik di Indonesia untuk memenuhi energi yang perlu didistribusikan, terutama dalam bentuk listrik berbahan bakar gas di kisaran 5 sampai 250 MW.
Untuk diketahui ada beberapa contoh keahlian di sektor LNG termasuk Pekerjaan untuk Hitachi di Jepang yang melakukan modularization untuk casing, ducting, baja struktural, pipa dan insulasi untuk sistem pemulihan panas pembangkit listrik berbahan bakar gas 180MW. “Proyek ini dioperasikan oleh Osaki Coolgen Corporation, kami membangun modul di fasilitas kami di Filipina dari 2013 sampai 2014,”jelasnya lagi.
Menurut Julian, tongkang bunker LNG 2.200 m³ adalah tongkang pertama yang memenuhi syarat LNG Jones Act untuk pasar maritim di Amerika Utara yang didesain oleh partner ekuitas baru kami, GAS Entec.
Prospek Untuk Indonesia
Ketika ditanya tentang prospek binsis di Indonesia, Julian menilai Indonesia akan menjadi konsumen gas terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2025. Diperkirakan gas akan menguasai 25% dari porsi bauran energi. Untuk memenuhi permintaan gas alam domestik, Indonesia mengimpor LNG tetapi tetap ada kekurangan supply yang cukup besar.
“Karena geografi maritim dan kebutuhan energi yang didistribusikan dari kepulauan yang luas ini, membuat pembangkit listrik konvensional, resupply pipa dan transmisi, mahal atau secara teknis tidak terjangkau,”terangnya.
Melihat kondisi yang AG&P, sebagai provider penyimpanan LNG, transportasi, regasifikasi dan aset pembangkit listrik berapung dan di darat berskala kecil dan menengah intelligent dan terintegrasi, dapat menambah nilai transformatif untuk strategi distribusi listrik minimum dan maksimum untuk pembangkit dan distributor listrik di Indonesia, terlepas dari lokasi.
“Kami mengantisipasi meningkatnya permintaan untuk solusi modularized dan customized untuk kapal, proyek-proyek dan pembangkit listrik di seluruh siklus infrastruktur, termasuk FSRU, penyimpanan apung dan darat,”pungkasnya.
Indonesia telah mendapatkan banyak perhatian dari investor dan vendor global karena peluang investasi jangka panjang di area pembangkit listrik dan distribusi. Namun, tantangan dalam memberikan sumber energi alternatif dengan harga terjangkau dan reliable yang tidak mudah untuk ditangani. (Selengkapnya baca Majalah TAMBANG Edisi Berikut)