Jakarta,TAMBANG, Program tanggung jawab sosial (CSR) PT Pertamina Gas (Pertagas)tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19. Sebagaimana diketahui Pertagas merupakan perusahaan terafiliasi PT Perusahaan Gas Negara/PGN Tbk (PGAS) dan PT Pertamina (Persero).
Fitri Erika, Corporate Secretary Pertagas, mengatakan program CSR di tengah pandemi harus bisa beradaptasi. “Di tengah pandemi Covid-19, berbagai program CSR kami harus melakukan penyesuaian,” ujar Erika.
Erika menjelaskan mitra binaan Pertagas di berbagai daerah telah melakukan sejumlah penyesuaian selama masa pandemi ini. Kelompok Tuli Gresik (Kotugres), mitra binaan Pertagas bagi para tuna rungu di Gresik, Jawa Timur, yang biasa menjahit baju anak dan seragam, saat pandemi berubah dengan menjahit masker.
Resto Apung di Sidoarjo, Jawa Timur, yang harus tutup selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), melakukan penyesuaian agar bisa tetap bertahan. Resto Apung memilih beralih untuk menyediakan jasa katering.
Sementara mitra binaan Pertagas di Cilamaya, Jawa Barat, yakni kelompok tani Gapoktan yang dipimpin Aep, ikut terdampak dan melakukan penyesuaian. “Di masa pandemi Gapoktan Cilamaya sempat panen. Saat itu kami jaga petani dengan memakai masker dan social distancing,” terang Erika.
Zainal Abidin, Manajer Comrel dan CSR Pertagas, menambahkan selama pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi Pertagas untuk melakukan pendampingan karena kondisi yang tidak biasa. Pertagas melakukan pemetaan sosial untuk kegiatan CSR pada 2020. “Selama pandemi ada yang kami hold, ada yang tetap jalan, tapi ada juga yang harus disesuaikan dan ditunda,” ujar Zainilan.
Innik Hikmatin, Pembina Kotugres, mengatakan selama pandemi kegiatan tetap berjalan melalui sistem daring dan luring dengan menjalankan protokol kesehatan. Pelatihan untuk meningkatkan skill mitra binaan Pertagas ini dilakukan dengan baik. “Orderan juga jalan. Tahun ini rata-rata per bulan capaian mereka (Kotugres) rata-rata Rp5,3 juta,” ujar Innik.
Sementara itu, Aep pimpinan Gapoktan mitra binaan Pertagas di Cilamaya, Jabar menuturkan dampak Covid-19 sangat terasa bagi petani. Selain harga jual turun, biaya produksi seperti untuk pembelian obat-obatan agak sulit sehingga harga jadi naik. “Hasil panen karena adanya covid harga yang tadinya rata-rata di atas Rp 5.000-an, kini di kisaran Rp 4.700- 4.800an,” katanya.
Sedangkan Bayu Setiawan, Chef Resto Apung di Sidoarjo, mengatakan di masa pandemi orderan datang melalui pembuatan nasi kotak paket makanan dan snack bagi tenaga medis di RSUD Sidoarjo. Makanan dimasak dengan mengedepankan protokol Covid-19.
“Memasak lebih steril, bumbunya harus fresh, kami harus rajin-rajin mencuci tangan dengan sabun, pakai masker, menyemprot disinfektan, dll,” ujarnya.
Bayu menyebutkan, saat pemberlukan PSBB menuju new normal, pengunjung yang datang ke Resto Apung menerapkan protokol Covid-19. Tamu diminta mencuci tangan dengan sabun dulu selain mengenakan masker. Tempat duduk juga diatur jaraknya sekurangnya satu meter.
“Sebelum Covid-19, Resto Apung banyak dikunjungi terutama di akhir pekan. Jadi tempat wisata, apalagi ada lomba mancing setiap minggu,” tutup Bayu.