Jakarta, TAMBANG – PT Adaro Energy mencatat produksi batu bara sebanyak 54,04 juta ton sepanjang tahun 2018. Angka tersebut mengalami pertumbuhan mencapai 4 persen dari produksi tahun sebelumnya sekitar 51,79 juta ton.
Produksi Adaro Energy diperoleh dari beberapa anak perusahaan, di antaranya PT Adaro Indonesia sebesar 48,33 juta ton, Balangan Coal Companies sebanyak 4,70 juta ton, Adaro MetCoal Companies sebesar 1,01 juta ton, dan Kestrel Coal Resources sebanyak 4.76 juta ton.
“Produksi batu bara Adaro Energy di tahun 2018 mencapai 54,04 juta ton, atau naik 4 persen dari pada tahun 2017, dan sejalan dengan panduan produksi yang ditetapkan sebesar 54 juta ton sampai 56 juta ton,” ungkap Head of Corporate Communications Adaro, Febriati Nadira melalui siaran resminya, Selasa (12/2).
Mengenai penjualan, Adaro menorehkan angka 54,39 juta ton tahun ini, atau naik 5 persen dari tahun sebelumnya. Penjualan ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, meliputi 40 persen dari total volume penjualan tersebut.
Lalu sisanya, tersebar ke Asia Timur dengan volume 30 persen, diikuti India dan China, yang masing-masing meliputi 14 persen dan 11 persen.
“Hal ini sejalan dengan kenaikan permintaan India terhadap impor batu bara pada tahun 2018,” ujar Nadira.
Untuk tahun ini, Adaro menargetkan produksi di level yang sama, yakni 54-56 juta ton batu bara, dengan nisbah kupas 4,56x. Adapun laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) operasional diperkirakan USD 1-1,2 miliar. Sedangkan belanja modalnya (capital expenditure) USD 450-600 juta.