Jakarta – TAMBANG. PT Petrosea Tbk (IDX : PTRO) mengalami penurunan pendapatan pada tahun 2015 sebesar 40,56% atau US$206,83 juta dari tahun lalu sebesar US$347,97 juta. Porsi total pendapatan di bidang batubara pun turut tergelincir sebesar 70,76% pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 sebesar 84,54%.
Sedangkan porsi jasa minyak & gas bumi pada tahun 2015 sebesar 15,93%, rekayasa & manajemen proyek 12,92% dan yang lain 0,39%. Porsi ini mengalami kenaikan 10,95% yoy menjadi US$59,67 juta.
Laba operasi pun turun sebesar 75,81% dari tahun sebelumnya menjadi US$9,73 juta. Penurunan administrasi sebesar 26,64% menjadi US$19,41 juta karena efisiensi yang dilakukan oleh perseroan.
“Posisi kas pada akhir tahun 2015 sebesar US$53,57 juta,” Ujar direktur keuangan Petrosea M. Kurnia Ariawan.
Pada tahun 2015 beberapa kontrak perseroan untuk jasa pertambangan adalah, perjanjian pemindahan lapisan tanah penutup dengan PT Indoasia Cemerlang untuk setahun dengan perolehan pendapatan Rp313 miliar. Perpanjangan kontrak dengan PT Kideco Jaya Agung untuk 3 tahun (2016-2018).
Untuk jasa minyak dan gas bumi, persetujuan sewa lahan Tanjung Batu sampai dengan tahun 2021. Dengan total nilai kontrak sebesar US$37,2 juta.
Sedangkan untuk jasa rekayasa dan manajemen proyek, perseroan mempunyai kontrak jasa konstruksi pembangunan tanggul di area tambang PT Freeport Indonesia Bulk Terminal. Kedua, perjanjian pekerjaan perbaikan dan konstruksi konveyor bongkar muat dengan PT Indonesia Bulk Terminal. Ketiga perjanjian konstruksi akses jalan ke proyek batubara PT Maruwai Coal (BHP Biliton).
Pada tanggal 11 januari 2016, perseroan dan PT Anzawara Satria mengadakan perjanjian pemindahan lapisan tanah penutup di tanah bambu Kalsel senilai RP622 miliar untuk tiga tahun. Perjanjian ini mencakup pemindahan tanah penutup, sewa peralatan bergerak dan personel, dan pengangkutan batubara di Tanah Bumbu Kalsel.
Pemerintah juga telah menetapkan Petrosea Offshore Supply Base (POSB) sebagai Pusat Logistik Berikat. Peresmian pada tanggal 8 maret 2016 ini sekaligus menjadikan POSB di Tanjung Batu, Balikpapan menjadi yang pertama di Indonesia sekligus menjadi program percontohan.
Target perseroan kedepannya adalah menurunkan kontribusi pendapatan dari pertambangan menjadi 60%. Sebagai gantinya, perseroan akan lebih mengembangkan kepada jasa rekayasa dan manajemen proyek.