Jakarta, TAMBANG – Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mendesak Pemerintah Indonesia segera mengeluarkan moratorium bahkan pemberhentian tetap ekspor batu bara. Pasalnya, cadangan batu bara di Indonesia tinggal sedikit.
“Cadangan batu bara Indonesia hanya 2 persen dari cadangan dunia, tapi jadi eksportir terbesar dunia. Semestinya pemerintah harus moratorium ekspor batu bara,” kata Tulus, dalam keterangan resminya, di Jakarta, Rabu (31/1).
Sementara China dan India, lanjut Tulus, yang memiliki cadangan batu bara terbesar dunia tidak melakukan ekspor. Anehnya lagi, China justru menjadi langganan ekspor batu bara dari Indonesia.
“Batu bara berkalori tinggi punya Indonesia diekspor ke China, sementara pembangkit listrik di Indonesia dipasok oleh batu bara kalori rendah dari Indonesia sendiri,” tandasnya.
Tulus berharap batu bara Indonesia bisa dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan domestik, bukan untuk diekspor.
Sejauh ini, pemerintah baru bisa menargetkan penjualan batubara untuk kepentingan domestik atau Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 25 persen di tahun 2018. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, beberapa waktu lalu.
“DMO sebesar 25 persen itu, harus bisa direalisasikan oleh perusahaan,” kata Bambang Gatot. (muflihun hidayat)