Riyadh, TAMBANG. MENTERI Perminyakan Venezuela, Eulogio Del Pino, bertemu dengan Menteri Perminyakan Saudi Arabia, Ali al-Naimi, di Riyadh, kemarin. Mereka berdua membicarakan kemungkinan kerjasama antara negara anggota OPEC dan produsen minyak lainnya, untuk meningkatkan harga.
Eulogio Del Pino tengah dalam misi melobi sejumlah produsen minyak untuk mencari titik kompromi meningkatkan harga minyak. Venezuela mengandalkan sebagian besar pembiayaan APBN-nya dari penjualan minyak. Harga minyak murah selama ini menjadi andalan bagi penguasa Venezuela untuk mencari simpati rakyat, dengan cara menjual kebutuhan rakyat pada harga subsidi.
Kini, ketika harga minyak terus turun, dengan tanpa kejelasan kapan mau naik lagi, Venezuela pun kalut. Lima hari lalu Menteri Perminyakan Venezuela mengirim surat ke 12 anggota OPEC lainnya, mendesak diselenggarakannya sidang darurat OPEC. Sebelumnya, Venezuela berkali-kali menghimbau perlunya sidang darurat.
Tetapi Venezuela harus bekerja keras agar sidang darurat yang dia minta itu bisa terwujud. Pemimpin de facto OPEC, yakni Saudi Arabia, tegas menolak bila pemangkasan produksi hanya menjadi urusan OPEC. Harga minyak, kata Ali al-Naimi, merupakan tanggungjawab bersama. Tidak adil bila OPEC disuruh berkorban dengan memangkas produksi, dan yang menikmati adalah produsen lain.
Hingga kini baru Ekuador yang mendukung langkah usulan Venezuela. Venezuela masuk dalam ‘’Kelompok Rawan Lima’’ di OPEC. Ini adalah lima negara yang sangat terguncang, bila harga minyak turun, karena mengandalkan APBN-nya dari minyak. Empat negara lainnya adalah Libya, Iraq, Nigeria dan Aljazair.
Menanggapi permintaan Venezuela akan perlunya pertemuan darurat, Ali al-Naimi tidak menjawab secara tegas. Ia hanya mengatakan, pertemuannya berlangsung dalam suasana bersahabat, dan sangat produktif.
Menteri Perminyakan Venezuela juga menilai pertemuannya berjalan lancar, karena didasari kepentingan yang sama, yakni untuk menaikkan harga minyak.
Namun, hingga kini masih belum jelas, apakah betul OPEC akan mengedakan pertemuan darurat, dan apakah akan terjadi pemangkasan produksi. Namun, desakan perlunya sidang darurat itu sudah membuat harga minyak akhir pekan lalu naik ke US$ 34 per barel. Naik US$ 7 per barel, dibanding harga terendah bulan lalu.