Jakarta, TAMBANG – PT Vale Indonesia Tbk (VALE) mendukung proses transisi ke energi baru dan terbarukan dengan menerapkan praktik pertambangan yang berkelanjutan. Perusahaan tambang nikel terintegrasi itu bahkan menggunakan 3 pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk semua lini operasinya termasuk kelistrikan smelter.
“Investasi PT Vale untuk membangun 3 unit PLTA senilai USD 1 miliar mendukung pencapaian rendah karbon di Sorowako,” ucap Komisaris Independen VALE, R Sukhyar dalam Indonesia Nickel and Battery Summit 2023, di Badung, Bali, Kamis (12/8).
Tiga PLTA VALE total kapasitasnya mencapai 365 megawatt (MW) yaitu PLTA Larona, PLTA Balambano dan PLTA Karebbe. Ketiganya terletak di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. “Sudah lama dilakukan VALE dimana energi yang digunakan berasal hydro power,” ucap dia.
PLTA VALE pertama adalah PLTA Larona yang dioperasikan pada tahun 1979 dengan kapasitas listrik sebesar 165 MW. Kedua PLTA Balambano yang beroperasi tahun 1999, memiliki dua turbin dengan kapasitas listrik mencapai 110 MW. Terakhir PLTA Karebbe yang beroperasi pada tahun 2011 dengan daya produksi listrik 90 MW.
Sukhyar juga memastikan proyek VALE di luar Blok Sorowako, Luwu Timur bakal mengutamakan sumber energi baru terbarukan dan ramah lingkungan, serta mengedepankan aspek environmental, social and governance (ESG) dan Sustainable Deveopment Goals (SDGs).
“Apa bedanya sustainable development dengan ESG? Kadang-kadang ini dicampuradukkan tapi dua-duanya saling mendukung. Kemudian dilakukan kajian berapa sebenarnya (kapasitas energi yang dibutuhkan) Pomalaa yang sedangkan dikembangkan dan berapa ton Co2 akan dibersihkan, pasti zero,” imbuh dia.
VALE memang sedang membangun smelter HPAL dan tambang nikel di Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Proyek yang mulai digarap pada November tahun lalu ini dipastikan tidak akan menggunakan batu bara sebagai sumber daya listriknya.
VALE juga tengah membangun smelter berteknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) di Desa Sambalagi dan area penambangan nikel yang ada di Blok Bahodopi, Desa Bungku Timur, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Smelter ini akan memanfaatkan liquified natural gas (LNG) sebagai sumber energi listrik hingga 500 MW. PLTGU memang ramah lingkungan karena emisi karbon yang dihasilkannya setengah dari batu bara.
Karena itu Sukhyar optimis VALE mampu melanjutkan praktik pertambangan yang berkelanjutan yang salah satunya menggunakan teknologi yang lebih baik untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi operasional. Contohnya termasuk penggunaan metode penambangan yang lebih ramah lingkungan, pemulihan limbah, dan efisiensi energi.
“Sebagian besar wilayah VALE itu berada di hutan dan hutan itu harus dilindungi untuk ekosistem dan (lingkungannya harus) bersih, sehingga air yang masuk kecil dari zat-zat yang ada. Masih kita bisa temukan habitat buaya. Kalau kita lihat Danau Matano yang ada di Sulsel itu dikelilingi penambang VALE tapi airnya masih jernih,” ujar dia.
“Apa yang disampaikan pak Jokowi setelah melihat Sorowako adalah sangat mengejutkan secara positif, supaya teman-teman yang berkecimpung di mining ada baiknya melihat praktik-praktik pengelolaan lingkungan yang ada di PT VALE,” pungkasnya.