JAKARTA –TAMBANG. PENGUSAHA Samin Tan telah membayar US$ 200 juta dari total US$ 1 miliar hutangnya ke Standard Chartered Bank dan sebuah perbankan Austria, Raiffeisen. Tidak ada utangnya yang gagal bayar, demikian kata salah satu eksekutifnya kepada kantor berita Reuters, hari ini.
Utang sebesar $ 1 miliar dari Standard Chartered kepada Borneo Lumbung Energi & Metal, sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh Samin Tan, telah membuat pusing bank karena bisnis Samin Tan dilimbungkan oleh harga batu bara yang anjlok.
Standard Chartered tahun lalu setuju untuk memudahkan persyaratan utang, dan memperpanjang jangka waktunya. Kata Direktur Keuangan Borneo, Ken Allan, ‘’Tidak ada gagal bayar apapun.’’ Katanya, tahun lalu Borneo membayar ke Raiffeisen $112 juta, separuh dari hutang pokoknya, dan membayar ke Standard Chartered $87 juta.
Allan berbicara kepada Reuters di sela-sela rapat umum pemegang saham Asia Resource Minerals di London, kemarin. Di rapat itu, rencana Samin Tan untuk menempatkan beberapa direksi ditolak. Salah satu yang akan ditempatkan oleh Samin Tan sebagai direktur adalah Ben Wiley, eksekutif yang hingga 2013 menjadi kepala urusan logam dan tambang untuk urusan klien di salah satu unit pada Standard Chartered Bank.
Samin Tan. Foto: wsj.com
Hutang Borneo ke Standard Chartered pada akhir September mencapai $739 juta.
Utang itu tahun lalu diamandemen, diperpanjang jatuh temponya menjadi Januari 2019. Pada 15 April Borneo membayar utang pokok sebesar $100 juta, dan membayar kembali pada 2016.
Standard Chartered memang tengah dipusingkan oleh kredit macet atas pinjamannya ke berbagai perusahaan komoditi, akibat hancurnya harga. Total pinjamannya untuk perusahaan komoditi yang bermasalah mencapai $ 61 miliar. Kepala Eksekutif Standard Chartered sampai didesak mundur akibat menggembungnya kredit macet ini.
Bank tidak mau berkomentar. Raiffeisen Bank juga tidak mau menanggapi pertanyaan yang diajukan Reuters.
Pinjaman terhadap Borneo mengucur pada Januari 2012, merupakan salah satu pinjaman terbesar yang diberikan bank dalam beberapa tahun terakhir. Pinjaman itu digunakan untuk membeli saham di Bumi Plc, yang kemudian berganti nama menjadi Asia Resource Minerals. Apes, harga saham Asia Resources juga ambrol lebih dari 90%.
Pinjaman itu dijamin oleh aset Borneo dan saham di beberapa perusahaan.
Foto: Seorang nasabah berjalan di kantor Standard Chartered Bank. Foto: mirror.co.uk