Jakarta, TAMBANG – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyelesaikan uji jalan (road test) penggunaan bahan bakar B40 pada kendaraan bermesin diesel. Pasca uji jalan tersebut, Pemerintah akan mengeluarkan rekomendasi teknis B40 agar bisa segera diimplementasikan.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif berharap pemakaian Bahan Bakar Nabati (BBN) khususnya biodiesel ini bisa mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM), sekaligus meningkatkan bauran energi baru terbarukan di Indonesia.
“Pertama saya senang perfoma B40 bisa merespon kebutuhan energi kendaraan. Kedua, emisinya bisa turun ya jelas aja pakai Bioenergi makin tinggi. Jadi, kita patut bersyukur negeri kita ini memberikan potensi sumber energi yang banyak,” ujar Arifin dalam keterangannya, dikutip Rabu (2/11).
Arifin menambahkan, pemerintah akan terus mendorong pemanfaatan sumber-sumber energi yang ada di Indonesia. Terutama energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.
“Mata kita sekarang baru terbuka di tengah krisis konflik Rusia sama Ukraina yang menyebabkan kesulitan pasokan energi khususnya migas karena sumber migas yang banyak di Rusia tidak bisa dimanfaatkan lalu kemudian produsen migas, OPEC+ itu mengurangi produksinya,” ungkapnya.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana menambahkan, dari 50.000 kilo meter (Km) tersisa 6.000 Km lagi. Jika sudah selesai, maka akan didapat kesimpulan final hasil test yang menjadi rujukan.
“Road test B40 tersisa 6.000 lagi. Jadi hasil final untuk kendaraan yang pertama itu akan bisa kita dapat dalam dua minggu ke depan. Hasil final ya,” ujar Dadan.
Berdasarkan hasil uji jalan, mobil dapat beroperasi dengan normal dan mulus seperti menggunakan bahan bakar solar biasa. Hal ini bisa diliihat dari tidak terjadinya mobil mogok dan juga tidak terjadi blocking di filter bagian utama, berbeda dengan test sebelumnya.
“Hasil test pada bagian-bagian kritis kendaraan dapat beroperasi mulus tanpa mogok, bloking di filter tidak terjadi. Ini agak beda dengan sebelumnya. Sebelumnya kita ikuti aturan tiap 10.000 KM ganti. Jadi ini kita mau tau sebetulnya dia habisnya kapan,” katanya.
“Jadi itu diangka 22.000 KM atau 23.000 KM gitu. Jadi ini sudah terbukti tidak ada blocking. Kemudian dari sisi apakah dia tahan dingin, kita udah tes di dieng. Jalan, satu detik langsung hidup. Jadi yang krisis-krisis dingin, kemudian filter blocking, kemudian beroperasi normal ini sudah terbukti,” imbuh Dadan.
Selain persiapan teknis di mesin kendaraan untuk bisa diterapkan sebagai bahan bakar B40, pemerintah juga akan memastikan ketersedian infrastruktur dari Pertamina dan badan usaha lain terkait fasilitas blendingnya mencukupi kebutuhan atau tidak.
“Sekarang kan semuanya didesain di B30, sekarang kan B40 jadi pipanya juga nanti butuh pompa. Ya nambahnya kan 10%,” pungkas Dadan.
Dadan menjelaskan mengenai ketercukupan pasokan BBN untuk B40. “Kita ini sekarang 16,3 juta kilo liter (kl), kalau B40 perlunya 15 juta Kl sekian. Jadi secara itu masih ada, tapi ini biasanya pabrik itu berjalan di angka 80-85 persen. Tidak usah khawatir, kita akan masuk dua pabrik baru di awal tahun depan,” tutup Dadan.