Berlin-Jakarta, TAMBANG. HARGA minyak yang selama enam bulan anjlok hingga 60%, sangat mempengaruhi lima negara penghasil minyak, yaitu Saudi Arabia, Qatar, Nigeria, Meksiko, dan Indonesia. Lamudi, sebuah lembaga yang merupakan portal properti khusus untuk pasar yang tengah tumbuh, kemarin meluncurkan kajiannya mengenai dampai turunnya harga minyak bagi properti di lima negara tersebut, di Berlin.
Minyak merupakan andalan pemasukan bagi Saudi Arabia. Laman Customs Today hari ini melaporkan, sebanyak 90% pemasukan negara berasal dari minyak. Akibatnya, penerimaan negara sangat terpengaruh oleh turunnya harga minyak. Bank dari Amerika Serikat, Citibank menghitung, belanja pemerintah Saudi Arabia berkurang 18% dibanding tahun lalu, menjadi US$ 241 miliar.
Di sektor properti, pemerintah Saudi Arabia sebetulnya tengah berupaya keras untuk membangun perumahan, yang saat ini kekurangan 1 juta unit akibat pertumbuhan penduduk. Berkurangnya pemasukan negara akibat anjloknya harga minyak diperkirakan membuat pemerintah menghitung ulang rencana pembangunan propertinya.
Bagi Qatar, dampak turunnya harga minyak tidak sedahsyat yang dialami Saudi Arabia. Qatar lumayan berhasil meragamkan sumber ekonominya, sehingga tidak melulu dari minyak dan gas. Meski harga minyak turun, investasi properti dan infrastruktur di Qatar akan berjalan terus. Tahun ini perekonomian Qatar diperkirakan tumbuh 7,7%.
Nigeria, yang 70% penerimaan negara berasal dari minyak, juga menghadapi masalah. Sebagian besar proyek real estate di Nigeria dibiayai oleh duit pemerintah. Turunnya harga minyak membuat semakin sedikit dana yang tersedia untuk pembangunan properti. Bila harga minyak dalam 12 bulan mendatang tetap turun, industri real estate Nigeria akan sangat terpengaruh dalam jangka panjang.
Di Meksiko, pemerintah telah melakukan reformasi pajak. Investasi oleh negara di bidang perumahan diharapkan bisa memacu keramaian pasar properti tahun ini. Reformasi di bidang energi diharapkan makin menarik minat investor. Berbagai tindakan reformasi ini akan mampu menggantikan berkurangnya penerimaan negara akibat turunnya harga minyak.
Turunnya harga minyak hanya mengurangi penerimaan negara sebesar US$8,4 miliar. Pemerintah dengan mudah mencari penggantinya.
Bagi Indonesia, turunnya harga minyak juga dibarengi dengan rontoknya harga batu bara, gas, jasa perminyakan, yang kesemuanya berperan penting bagi penerimaan negara. Namun, diperkirakan dampaknya tidak terlalu besar, karena turunnya harga minyak dibarengi dengan pengurangan subsidi minyak. Pengaruh turunnya harga minyak bagi sektor properti diperkirakan tidak besar.
Foto: Buruh sektor properti di Saudi Arabia. Foto: Pnomphenpost.com