Banjarmasin, TAMBANG – Suhaili Asmawi, seorang pakar terumbu karang mengatakan, kebanyakan rusaknya karang di Kalimantan Selatan (Kalsel) ialah akibat kapal tongkang yang tak bertanggung jawab.
Dulu menurutnya, hanya bencana alam yang bisa merusak terumbu karang. Tapi kini, tangan oknum-oknum manusia tambang yang melakukan itu.
Kata Suhaili, tak banyak perusahaan tambang di Kalsel yang melirik untuk melakukan rehabilitasi terhadap terumbu karang. Padahal faktor terbesar kerusakan karang ialah dari aktifitas mereka.
“Ada miliaran ikan dengan jutaan spesies yang menggantungkan hidupnya kepada terumbu karang. Kalau keberadaannya tak diperhatikan, jangan harap nelayan bisa cari makan,” kata Suhaili, kepada tambang.co.id, Senin malam (28/5)
Pria yang meraih gelar doktornya di bidang terumbu karang ini memikirkan nasib nelayan, yang terancam mata pencariannya akibat aktivitas tambang. Baginya, bukan berarti dia antitambang, lalu kegiatan tambang harus ditutup. Tapi menurutnya, penambangan itu harus memperhatikan betul batas-batas kewajaran serta ekosistem lingkungan.
Suhaili beserta timnya dari Universitas Lambung Mangkurat, mengembangkan transplantasi terumbu karang untuk memperbaiki atau rehabilitasi karang yang sudah mulai rusak. Transplantasi merupakan upaya cangkok atau pemotongan karang hidup yang dibuihkan di tempat lain.
“Tak bisa asal potong. Ada aturannya. Karang yang boleh dipotong itu karang generasi keempat dari karang yang ditanam,” ujar Suhaili.
Jadi, Transplantasi itu tidak boleh mengambil dari karang yang tumbuh alami, tapi diambil dari karang tanam atau buatan manusia. Itu pun, harus menunggu kelahiran karang yang generasi keempat.
Tak hanya mahasiswa, Suhaili juga menggandeng PT Tunas Inti Abadi (PT TIA) dalam melakukan misi rehabilitasi tersebut. Bersama TIA, Suhaili melakukan transplantasi terumbu karang untuk pertama kalinya di tahun 2011.
Lokasi pertamanya adalah terumbu karang Bajangan Atak. Kemudian dilanjutkan ke gugus karang Batu Anjir dan pada 2016, mereka kembali melakukan transplantasi di terumbu karang Bajangan Atak dan Bajangan Sebamban.
Uniknya, tak seperti kebanyakan metode transplantasi yang menggunakan media pipa PVC. Mereka menggunakan media kubus beton untuk menanam potongan karang tersebut. Pasalnya arus laut di Kalsel cukup kuat, sehingga perlu media yang kokoh agar anakan karang tidak terbawa gelombang.
Soal waktu penanaman, dibutuhkan kurang lebih dua tahun untuk melihat hasil dari karang yang ditanam. Terkait perawatan, transplantasi sangatlah mudah dan tak memakan biaya besar.
“Ibarat kita tinggal cabut lalu tanam. Setelah itu biarkan saja. Mungkin kalau musim hujan kita perlu sedikit bersihkan sendimen atau lumpur yang menempel. Tapi kalau musim panas, kita hanya tinggal mengecek. Soal biaya, paling tidak yang dibutuhkan hanya biaya penyelaman. Selebihnya biarkan saja alam yang merawat,” beber Suhaili.
Untuk diketahui, terumbu karang, yang merupakan rumah dari berbagai jenis ikan, adalah potensi alam yang dimiliki oleh Provinsi Kalsel. Potensi ini belum banyak diketahui oleh publik secara nasional maupun Internasional.
Namun, ia memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan terumbu karang lainnya di berbagai wilayah Indonesia. Terumbu karang Kalsel tersebar di pesisir Selatan dan Timur daratan Pulau Kalimantan serta di pulau-pulau kecil dalam wilayah Kotabaru dan Tanah Bumbu.
Kabupaten Tanah Bumbu sendiri, memiliki garis pantai sepanjang 158 km dengan luasan terumbu karang kurang lebih 330 Hektare.
Keindahan terumbu karang di Kalsel tak terjamah, lantaran orang lebih tertarik untuk menggali batu bara dan menanam sawit.