Jakarta, TAMBANG – PT Timah (Tins) mulai fokus menggarap proyek pengolahan logam tanah jarang atau rare earth. Hal ini berkaitan dengan hitungan cadangan logam timah milik Tins yang diperkirakan habis dalam jangka waktu 12 tahun mendatang.
“Ke depan kami mempertahankan suplai, kami sedang melakukan eksplorasi dan masuk ke cadangan lebih dalam. Kami masuk ke cadangan primer bentuknya batuan keras,” ungkap Direktur Utama Tins, Mochtar Riza Pahlevi Tabrani, Senin (4/6) malam.
Selama ini, diakui cadangan timah di Indonesia termasuk sebagai jenis timah yang mudah ditambang. Sehingga wajar kalau PT Timah berhasil menduduki posisi kedua dunia sebagai produsen timah.
Lebih lanjut, Riza menjelaskan, soal mineral ikutan yang terkandung di dalam konsesi tambang milik Tins. Mineral tersebut digadang-gadang memiliki harga yang berlipat dari harga timah, setelah diolah melalui proses pemurnian.
“Mineral ikutan di timah disebut monazite, ada komposisi dengan mineral lain, salah satunya tanah jarang. Kami upayakan bisa kembangkan mineral tanah jarang. Hari ini kita punya pilot project plan untuk pemisahan mineral. Ada yang harganya sama dengan timah, dan ada yang berkali-kali dari logam timah,” kata Riza.
Untuk itu, Tins sedang memfokuskan diri mengkaji dan mencari teknologi untuk mengembangkan komersialisasi tanah jarang tersebut. Untuk diketahui, saat ini pasar tanah jarang dikuasi oleh China.
Saat ditanya soal jumlah cadangan tanah jarang, Riza bilang, masih dalam tahap evaluasi. Terkait penyimpanan, selama ini Tins menimbun bongkahan mineral itu di gudang miliknya.
“Ada di stok kami di gudang kami di Bangka,” pungkas Riza.
Sebagai informasi, produk yang dihasilkan dari logam tanah jarang ini salah satunya adalah kompomen magnetik untuk alat elektronik. Daya yang dimiliki logam tanah jarang besarannya berlipat ganda dibandingkan logam lainnya. Sehingga penggunaan logam tersebut bisa memperkecil ukuran fisik dari alat elektronik.
Itulah sebabnya mengapa seiring berjalannya waktu, bentuk alat elektronik semakin ringan dan minimalis. Tentunya, kualitasnya pun semakin apik. Oleh sebab itu, tak heran kalau harga logam tanah jarang bisa berlipat-lipat dibanding harga timah.