Jakarta, TAMBANG – PT Sinar Jaya Sultra Utama (SJSU), perusahaan tambang nikel yang berlokasi di Kabupaten Konawe Utara memanfaatkan sumber daya raw material nikel sedang hingga tinggi secara optimal. Selain itu, SJSU juga sudah mulai melirik kobalt, alumunium, besi hingga silika.
Hal ini membuat produksi ore nikel PT SJSU menurun pada periode kerja 2020-2021. Pada 2020, produksi nikel perusahaan mencapai 683.220 Wet Metric Ton (WMT).
Sementara jumlah penjualan bijih nikel PT SJSU pada tahun tersebut mencapai 900.297 WMT. “Di tahun ini, PT SJSU menjual ore sebesar 900.297 WMT, dengan kadar nikel kurang lebih mencapai 1.60%,” ujar Komisaris SJSU, Herry Asiku dalam Indonesia Nickel Summit beberapa waktu lalu.
Pada 2021, produksi ore perseroan sebesar 858.544 WMT dan juga melakukan konservasi mineral dengan memperhatikan beberapa unsur sama. Di tahun ini PT SJSU menjual ore sebesar 759.924 WMT dengan kadar nikel kurang lebih mencapai 1.30%.
“Di 2021, agak penurunan karena kita juga memproduksi dengan memperhatikan beberapa unsur seperti besinya, ada kobaltnya, dan ada silikanya. Ini mebuat kita semua lebih percaya diri untuk menjual kepada smelter,” bebernya.
Hal ini berbeda jauh dengan catatan produksi pada tahun 2019, di mana ore nikel SJSU mencapai 1.686.242 WMT dan masih mendapat kuota ekspor sebesar 1.419.897 WMT, dengan kadar nikel kurang lebih 1.60%.
“Kita bisa breakdown, sejak 2019 kita sudah bisa memproduksi kurang lebih di atas satu juta ton per tahun,” ungkap Herry.
SJSU adalah perusahaan tambang nikel dengan mengggunakan sistem tambang terbuka (surface mine). Kegiatan penambangannya pun berdasarkan kaidah pertambangan yang baik atau good mining practice sebagaimana sudah diatur dalam Kepmen 187 tahun 2018.
SJSU juga telah mengelola prinsip Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan (K3L) dengan baik melalui beberapa program seperti Safety Talk, Safety Induction, Pendidikan dan Pelatihan Kerja, Pemasangan Rambu-Rambu.
Ada juga program Emergency Respon Team, Penataan Lahan, Revetegasi, Pembibitan, Settling Pond dan Titik Penaatan serta TPS LB3.
“Kemudian tentu kita juga harus melakukan hal-hal terhadap lingkungan kita. Lingkungan kita hampir di tambang kita, saya melakukan hal-hal itu sehingga pada saat saya ke tempat tambang itu saya bisa berenang di laut. Artinya apa, lingkungan itu sudah ramah dengan kita,” pungkasnya.