Jakarta, TAMBANG – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menarget di tahun 2024 Indonesia akan memiliki 30 smelter. Proyeksi investasinya mencapai USD 8 miliar.
“Pada tahun 2024 akan terbangun 30 smelter nikel dengan total rencana investasi lebih dari 8 miliar dolar. Sebuah investasi yang cukup besar nilainya di Indonesia pada saat ini,” kata Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Ridwan Djamaluddin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, dikutip Kamis (11/11).
Dalam rapat tersebut, Ridwan memaparkan kalau saat ini total fasilitas pemurnian nikel yang tersedia berjumlah 19 smelter dengan target 4 smelter terbangun di tahun 2021. Nantinya, smelter tersebut tidak hanya untuk nikel, tapi diperuntukkan juga bagi timbal dan seng.
“Saat ini terdapat 19 smelter dengan target 4 smelter terbangun pada tahun 2021. Satu smelter timbal dan seng tiga smelter nikel,” paparnya.
Ridwan kemudian menjelaskan sejumlah perusahaan yang telah membangun smelter nikel berdasarkan progres pembangunan serta kapasitas produksinya.
“Saat ini kemajuan yang kurang dari 30 persen itu ada lima perusahaan dengan total kapasitas input sebesar 9,21 juta ton per tahun dan kapasitas produksi 6,9 juta ton per tahun,” paparnya.
Sedangkan perusahaan yang capaiannya dalam membangun smelter sudah mendekati antara 30-90 persen ada 10 perusahaan. Adapun perusahaan yang kemajuannya sudah lebih dari 90 persen terdapat 15 perusahaan dengan total kapasitas input mencapai 49,36 juta ton per tahun, dan kapasitas produksi sebesar 3,19 juta ton per tahun.
Di samping itu, Ridwan yang hadir secara virtual karena sedang masa karantina ini juga menjelaskan, sumber daya yang tersedia mencapai 13,7 miliar ton nikel dan total cadangannya berjumlah 4,6 miliar ton nikel.
“Untuk nikel sumber daya yang masih tersedia sebesar 13,7 miliar ton bijih dengan total cadangan terbukti dan terkira sebesar 4,6 miliar ton bijih,” jelasnya.