TAMBANG-Australia. HARGA batu bara sejak awal tahun 2014 terus-menerus turun, akibat dari bertambahnya pasokan dan berkurangnya permintaan dari Cina. Harga patokan batu bara Australia yang berkalori tinggi untuk keperluan metalurgi adalah US$ 120 pada kuartal yang terhitung sejak September lalu. Harga ini dinilai terlalu rendah, sehingga tidak memenuhi biaya pokok.
Batu bara termal nasibnya lebih jelek lagi. Indeks Newcastle untuk harga free on board (FOB) pasar spot mencapai US$ 73 tiap ton, untuk harga delapan bulan pertama selama 2014, turun 16% dibanding tahun lalu.
Tahun 2014 memang tahun penuh perjuangan bagi industri batu bara. Perusahaan tambang harus melakukan restrukturisasi agar tetap berjalan, termasuk dengan memangkas pegawainya.
Australian Mining memperkirakan, lebih dari 2.500 pekerja jadi korban rendahnya harga. Perusahaan menciutkan skala usahanya, atau menutup sama sekali. Integra, komplek tambang batu bara di lembah Hunter, New South Wales, Australia, merupakan korban awal kejatuhan industri batu bara. Tambang ini dimiliki oleh perusahaan asal Brazil, Vale.
Dua tambang yang ditutup, yaitu tambang terbuka Camberwel dan tambang bawah tanah Glennies Creek, yang oleh induknya dinilai sudah tidak ekonomis lagi. Sebanyak 500 pegawai kehilangan pekerjaan. Tambang Integra kini tidak beroperasi, namun hanya dalam proses pemeliharaan.
Tambang lainnya, Isaac Plains, di Queensland Tengah, juga berhenti beroperasi, dan hanya masuk dalam tahap pemeliharaan. Sebanyak 300 pekerja di-PHK. Perusahaan raksasa perdagangan komoditi, Glenncore, baru saja mengumumkan menutup operasi tambangnya selama tiga pekan, hingga setelah natal.
Dalam pengumumannya manajemen Glenncore menyebut, penutupan ini diambil dengan mempertimbangkan situasi pasar batu bara sekarang. Karena itu, Glenncore akan memangkas pasokan batu baranya ke pasar.
Pasokan yang berlebih, itu memang salah satu masalah mengapa harga tak kunjung naik. Biro Sumber Daya dan Ekonomi Energi Australia menyebutkan, Australia mengekspor 181 juta ton batu bara kalori tinggi untuk keperluan metalurgi pada 2013-2014. Angkanya diperkirakan naik menjadi 185 juta ton pada 2014-2015. Sementara ekspor batu bara termal diperkirakan mencapai 196 juta ton.
Harga batu bara metalurgi nilainya diperkirakan tetap, US$ 23,2 miliar. Sementara batu bara termal nilai ekspornya turun 9% menjadi US$ 15,1 miliar. Hal ini terjadi karena ada kelebihan pasokan untuk kedua jenis batu bara itu. Cina, sebagai konsumen terbesar batu bara metalurgi, tidak mau membayar dengan harga US$ 180 per ton, sebagaimana dua tahun lalu.
‘’Secara global, produksi melebih permintaan pada 2012-2013. Ini yang membuat harga batu bara termal dan coking anjlok,’’ demikian tulis lembaga riset IBIS World.
Situasi bagi perusahaan tambang Australia makin buruk dengan kemungkinan tambahan pasokan dari kompetitor seperti Indonesia, Colombia, dan Afrika Selatan. Pada saat yang sama, produksi gas alam di Amerika Serikat bertambah. Artinya, pemakaian batu bara di Amerika akan berkurang, dan limpahan produksinya dialihkan ke pasar lain.