TAMBANG, JAKARTA. PENGADILAN Komersial Internasional Singapura (SICC) mengadili kasus pertamanya, dan diputuskan bulan lalu. Kecepatan pengadilan komersial itu dalam menangani kasus mendapat pujian dari komunitas hukum.
Pengadilan Komersial diluncurkan pada Januari 2015, diniatkan Pemerintah Singapura sebagai pusat penyelesaian sengketa intrernasional. SICC membuat keputusan pada 12 Mei 2016 terhadap sebuah sengketa yang melibatkan duit US$ 800 juta, dengan pihak yang berperkara dari Singapura, Australia, dan Indonesia. Hakim membuat keputusan hanya empat bulan setelah kasus dibuka.
‘’Ini merupakan langkah awal yang bagus,’’ kata Lye Kah Cheong, partner pada Norton Rose Fulbright kepada media Singapura, Channel News Asia, kemarin. ‘’Pasar menyambut baik terhadap kecepatan pengadilan membuat keputusan,’’ lanjutnya.
Pengacara dari firma hukum Freshfields Bruckhaus setuju terhadap ucapan Lye Kah Cheong. Katanya, hakim membuat keputusan dengan cepat dan jelas. ‘’Waktu yang akan menjawab apakah SICC sukses membuat Singapura sebagai pusat penyelesaian sengketa internasional,’’ lanjutnya.
Kasus pertama yang ditangani ini berawal dari adanya perusahaan patungan untuk meningkatkan kualitas batu bara kalori rendah di milik Bayan Resourves Tbk, di Kalimantan Timur.
BCBC Singapore, perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Binderless Coal Briquetting Company, Australia, menuntut ganti rugi dari Bayan Resources, Tbk, yang dia tuding berbuat curang. Bayan kemudian mengajukan gugatan balik terhadap BCBC Singapore, dan induknya di Australia, White Energy Company. Kerugian yang dipersoalkan mencakup klaim sebesar US$ 750 juta, dan klaim balik sebesar US$ 59 juta.
Bayan dan BCBC Singapore sepakat untuk menyelesaikan sengketanya secara bertahap. Keputusan pertama yang diambil bulan lalu baru menyangkut rentang perjanjian dan efeknya.
Menurut pengacara senior Francis Xavier, yang memimpin tim dari Rajah & Tann, yang mewakili BCBC Singapore, proses dan kesimpulan hanya diambil dalam sembilan hari, meski sebetulnya dijadwalkan dalam 15 hari.
Meski demikian, efisiensi pengadilan komersial itu tidak mengejutkan Xavier. ‘’Ini bukti bahwa sejak awal pengadilan ini dipersiapkan dengan baik,’’ katanya.
SICC merupakan pengadilan komersial pertama di Asia, yang diniatkan untuk membuat Singapura sebagai pusat penyelesaian sengketa perdagangan. Selain itu, Singapura juga punya Pusat Arbirtase Internasional, yang didirikan pada 1991, serta Pusat Mediasi Internasional, yang diluncurkan pada November tahun lalu.
SICC diperkirakan tidak akan mengadili banyak sengketa dalam waktu dekat, karena butuh waktu lama agar pengadilan itu diterima oleh kalangan internasional.
‘’Tetapi SICC tidak didirikan untuk jangka pendek. Pemerintah dan SICC diniatkan untuk jangka panjang,’’ katanya.
Foto : Gedung SICC Singapura. Sumber: singapore.gov.sg