Beranda ENERGI Migas Sudirman Said Disebut Jadi Kandidat Sekjen OPEC

Sudirman Said Disebut Jadi Kandidat Sekjen OPEC

Sudirman Said, kandidat kuat Sekjen OPEC.

 

TAMBANG, JAKARTA. MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said disebut menjadi kandidat kuat sekretaris jenderal OPEC, organisasi negara pengekspor minyak, yang akan bersidang di Wina, Kamis 2 Juni ini. Ini merupakan pertemuan reguler ke-169 bagi OPEC.

 

 

Media terkemuka dari Rusia, Sputnik, dalam pemberitaannya hari ini menyebutkan, sebuah sumber di OPEC mengabarkan kepada kantor berita Rusia, RIA Novosti bahwa sekretaris jenderal saat ini, Abdalla Salem el-Badri, seharusnya berakhir jabatannya pada 2013. Masa jabatannya harus diperpanjang karena di antara anggota OPEC tidak tercapai kesepakatan mengenai siapa penggantinya. Awal pekan lalu OPEC mengumumkan, salah satu agenda pertemuan adalah pemilihan sekretaris jenderal yang baru.

 

 

Menurut susunan kegiatan yang diumumkan OPEC, pertemuan itu hanya berlangsung singkat. Setelah dibuka pada Kamis pukul 10 pagi waktu Wina, pertemuan ditutup dua jam kemudian, pukul 12 waktu setempat. Sorenya diadakan jumpa pers oleh Presiden OPEC didampingi sekretaris jenderal yang terpilih. Semua kegiatan berlangsung di sekretariat OPEC.

 

 

Indonesia merupakan anggota OPEC hampir selama 50 tahun, tetapi kemudian membekukan keanggotaannya pada era Presiden SBY, dengan alasan tak lagi menjadi negara pengekspor. Desember tahun lalu Indonesia kembali menjadi anggota penuh OPEC.

 

 

Di era Presiden Joko Widodo, Indonesia mengaktifkan kembali keanggotaannya di OPEC, dengan alasan, organisasi ini merupakan forum efektif untuk lobi, memudahkan Indonesia mendapatkan minyak langsung dari sumbernya.

 

 

Bila benar terpilih menjadi sekretaris jenderal, Sudirman Said menghadapi tantangan yang cukup berat, yakni masalah kekompakan di antara anggotanya. Terdapat perbedaan politik yang cukup tajam antara dua anggota utama OPEC, yaitu Saudi Arabia dan Iran, mempengaruhi sikap kedua negara itu dalam menentukan tingkat produksi minyak.

 

 

Saudi Arabia memelopori pembekuan produksi minyak pada tingkat Januari 2016, sementara Iran baru mau bicara pembekuan setelah produksi 4 juta barel tercapai.