Beranda Tambang Today Soal Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Freeport, Menteri Bahlil: Lapor Dulu Presiden

Soal Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Freeport, Menteri Bahlil: Lapor Dulu Presiden

Bahlil Freeport
RIAN/TAMBANG

Jakarta, TAMBANG – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia buka suara perihal rencana perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI). Bahlil menyampaikan persoalan ini masih tahap pengkajian dan akan dilaporkan terlebih dulu kepada Presiden Prabowo Subianto.

“Belum diputuskan, nanti saya lapor dulu dengan Bapak Presiden. (Keputusannya) Lewat rapat karena memang ini undang-undang, namanya aturan ya pasti lewat rapat,” ujar Bahlil saat Konferensi Pers di Jakarta, dilansir Senin (6/1).

Berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 6 Tahun 2024 tentang Penyelesaian Pembangunan Fasilitas Pemurnian Mineral Logam di Dalam Negeri, pemegang IUP OP/IUPK yang tengah menyelesaikan pembangunan smelter diberikan kesempatan ekspor konsentrat sampai tanggal 31 Desember 2024. Sebelumnya, batas akhir ekspor tersebut pada 31 Mei 2024.

Dalam konteks ini, PTFI mengajukan permohonan kembali kepada pemerintah untuk memperpanjang relaksasi ekspor konsentrat tembaga. Permohonan tersebut didasarkan pada insiden kebakaran smelter yang sudah dalam tahap commissioning pada Senin 14 Oktober 2024, yang menghambat operasional dan produksi sesuai jadwal.

“Freeport ini kan smelternya itu sudah jadi, tapi kemudian kan musibah ada pabrik asam sulfatnya itu yang terbakar,” imbuh Bahlil.

Bahlil menyebut bahwa pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan PT Freeport Indonesia agar mempercepat perbaikan smelter yang diresmikan pada Senin 23 September 2024 tersebut. Kepada PTFI, Bahlil meminta agar proses perbaikan smelter bisa selesai pada bulan Juni atau Agustus 2025.

Komitmen Utamakan Budaya Keselamatan Kerja, PAMA Peringati Bulan K3 2025

“Saya sudah rapat dengan Freeport. Saya minta untuk dipercepat (perbaikannya). Awalnya itu kan mereka bikin di bulan delapan, tapi sekarang akhirnya mungkin selesainya di Juni,” ujar Bahlil.

Bahlil menjelaskan bahwa area pabrik asam sulfat yang terdampak kebakaran mencakup sekitar 5-6 persen dari total kawasan smelter PTFI. Meskipun demikian, perusahaan tetap dapat menjalankan operasional lain, seperti pengolahan dan pemurnian emas, tanpa gangguan signifikan.

“Jadi yang sebenarnya asam sulfatnya ini sebenarnya hanya sekitar 5 atau 6 persen dari total komponen pabriknya sebenarnya itu cost, tapi ya emasnya udah jalan. Jadi itu hanya bagian komponen kecil dan memang perintilan-perintilannya banyak,” ucap Bahlil.

Untuk diketahui, berdasarkan kebijakan relaksasi ini, PTFI memperoleh izin ekpsor konsentrat tembaga sebesar 840 ribu metrik ton hingga 31 Desember 2024. 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini