Jakarta-TAMBANG. Perusahaan tambang nikel PT Central Omega Resources,Tbk mulai membangun smelter nikel. Pabrik pengolahan nikel menjadi nickel pig iron ini akan dibangun di Morowali Utara, Sulawesi Tengah dan dilaksanakan anak usahanya PT COR Industri Indonesia (CORII). Direncanakan produksi pertama akan dilakukan pada kuartal Pertama tahun 2016.
Untuk itu, Rabu (11/2) telah dilaksanakan penandatanganan perjanjian pelaksanaan Engineering, Procurement &construction (EPC) dengan China National Machinery Import&Export Corporation (CMC dan China Machinery Industry Construction Group,Inc. (SINOCONST).
Penandatanganan yang dilakukan oleh Ciho D Bangun dan MR. Zhao Zhengxiang selaku Deputy General Manager of Complete Equipment Engeenering Bussines Department CMC serta Mr Li Xiaoping, Deputy General Manager SINOCONST menandai dimulainya pembangunan smelter yang direncanakan mulai produksi pada kuartal I tahun 2016.
Menurut Direktur Utama PT COR Industri Indonesia Ciho Darmawan Bangun, perusahaan yang dipimpinnya telah mengantongi ijin prinsip pengolahan dan pemurnian dari Kementrian ESDM. Saat ini PT CORII dimiliki 60% oleh PT Central Omega Resources. Sisanya sebesar 40% dimiliki PT Macrolink Nickel Development (MND), anak usaha Group Macrolink.
Dua perusahaan tersebut akan membangun pabrik pengolahan nikel tahap pertama dengan kapasitas produksi sebesar 100 ribu ton per tahun. Total investasi untuk pembangunan pabrik tahap I ini senilai US$150 juta yang berasal dari penyertaan modal.
Ciho juga menjelaskan setelah penandatanganan ini dilakukan, kedua mitranya tersebut mulai mempersiapkan segala hal dan direncanakan pada kuartal II tahun ini akan masuk ke tahapan konstruksi.
“Jika tidak ada hambatan maka pada kuartal IV tahun 2015 sudah mulai uji coba produksi dan direncanakan mulai produksi pada kuartal I tahun 2016,”terang Ciho.
Kemudian secara bertahap akan dibangun pabrik tahap II yang akan dimulai pada tahun 2016. Dan setelahnya pabrik tahap III mulai dibangun pada tahun 2017.
“Sehingga diharapkan pada tahun 2017 nanti perseroan akan mencapai kapasitas produksi penuh yakni 300 ribu ton per tahun,”terang Ciho.
Untuk tahap pertama ini, perseroan menargetkan memproduksi 100 ribu ton NPI dengan kadar nikel 8% sehingga dibutuhkan bijih nikel kurang lebih 800 ribu ton nikel basah setiap tahun. Bijih nikel ini akan dipasok oleh dua ana usaha PT Central Omega Rescources,Tbk yakni PT Itamatra Nusantara dan PT Mulia Pacific Resources. Total investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan smelter ini senilai US$400 juta. Termasuk untuk pembangunan pabrik kokas.
Selain dari sisi pendanaan, perseroan telah menyediakan lahan seluas 250 ha di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Lokasi ini berdekatan dengan konsesi dua anak usaha yang menjadi pemasok bahan baku tersebut.
Mulai beroperasinya smelter nikel tahun depan akan menandai babak baru bagi perusahaan tambang nikel tersebut. Maklum saja sejak penerapan kebijakan larangan ekspor sesuai dengan amanat UU Minerba pada 12 Januari 2014 silam, perseroan menghentikan kegiatan operasional. Ini kemudian membuat perusahaan tersebut tidak memiliki pendapatan.
“Sejak larangan ekspor diterapkan, aktivitas penambangan nikel perseroan berhenti total. Sehingga perseroan tidak punya pemasukan dari penjualan nikel. Perdagangan saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia pun dihentikan,”kata Presiden Direktur PT Central Omega Resources,Tbk, Kiki Hamidjaja.