Jakarta, TAMBANG – PT Freeport Indonesia tengah berjibaku mendirikan pabrik pengolahan tembaga di Gresik, Jawa Timur. Saat ini, pembangunan smelter itu memasuki tahap pemadatan tanah atau ground improvement.
Vice President Corporate Communication Freeport, Riza Pratama menegaskan, sambil mengerjakan tahap pemadatan tanah, pihaknya juga secara pararel sedang mengurus perizinan lingkungan.
“Kalau kita lihat, memang belum ada struktur yang terbangun, tapi kita sedang melakukan front end engineering design, ground improvement, di mana kita ada pemadatan lahan, kita mengeluarkan banyak air dari bawah tanah supaya lahannya kuat. Kita juga melakukan permit lingkungan” ujarnya saat ditemui di ajang pameran Metalurgi Conference And Expo di Jakarta, Rabu (7/8).
Menurutnya, bila rangkaian proses tersebut selesai, maka tahap pembangunan akan melangkah ke fase konstruksi. Proses konstruksi smelter diperkirakan dapat dimulai pada awal tahun depan.
“Proses pembangunan fisiknya dimulai awal tahun 2020,” bebernya.
Smelter tersebut diproyeksikan akan memiliki kapasitas mengolah konsentrat sebanyak 2 juta ton per tahun. Produk akhir yang dihasilkan berupa katoda tembaga dengan tingkat kemurnian 99,99 persen.
Rencananya, pabrik tersebut bakal menelan biaya investasi mencapai USD 2,8 miliar, dan akan mulai beroperasi atau commissioning pada tahun 2022.
Saat beroperasi nanti, pabrik yang diklaim sebagai smelter kedua milik Freeport setelah PT Smelting Gresik ini, akan menyerap tenaga kerja hingga 2 ribu orang.
“Proyek itu sendiri bernilai USD 2,8 miliar. Kapasitas yang akan masuk kira-kira 2 juta ton konsentrat. Commisioning tahun 2022,” jelasnya.
Untuk diketahui, Smelting Gresik merupakan perusahaan yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Mitsubitshi Materials Corporation, sedangkan Freeport Indonesia memegang saham sebesar 25 persen.