Jakarta – TAMBANG. Kekayaan sumber daya gas bumi Indonesia ternyata justru lebih bermanfaat bagi negara tetangga, Singapura. Negeri mungil tanpa ladang gas itu bisa menyediakan gas bagi industri dalam negerinya dengan harga jauh lebih murah daripada Indonesia. Lebih ironisnya, justru banyak industri di Indonesia sekarang masih sulit mendapat pasokan.
Singapura sendiri sebenarnya mengimpor gas dari Indonesia, yang asalnya dari Blok Koridor di Provinsi Sumatera Selatan. Pasokan langsung diantarkan dengan efisien melalui jaringan pipa gas milik PT Trans Gas Indonesia (TGI), sampai kepada Sembawang Corporation dan Gas Singapore Pvt Ltd (GSPL).
Achmad Safiun, Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), menyebut bahwa industri di Singapura bisa membeli gas dengan harga rata-rata hanya sekitar US$ 3 hingga US$ 4 per mmbtu. Sementara, di Indonesia pengusaha harus merogoh kocek dua kali lipatnya. Bahkan, harga termahal bisa mencapai hingga US$ 18.
“Industri di Indonesia, seperti di Jawa Barat, membeli dari PGN US$ 7,90 per mmbtu ditambah biaya administrasi Rp 770/m3. Paling murah di Jawa Timur, yang saat ini kelebihan gas, biayanya US$ 6,43 per mmbtu ditambah biaya administrasi Rp 770/m3,” ujar Achmad dalam forum diskusi Outlook Sektor Gas 2015, yang digelar di Jakarta, Rabu (7/1).
Mahalnya harga gas yang bisa menyentuh angka US$ 18 itu adalah karena proses distribusi yang masih diakukan dalam bentuk cair (Liquified Natural Gas / LNG). Saat ini, infrastruktur pipa gas masih sangat minim, dan hanya bisa dimanfaatkan oleh industri yang lokasinya berdekatan langsung dengan sumur gas. Kebanyakan industri harus rela membayar gas mahal yang sudah menempuh rentetan panjang proses distribusi.
“Jadi dari sumur gas, gasnya dicairkan menjadi LNG. Kemudian, diangkut menggunakan kapal, lalu disalurkan ke kapal FSRU untuk diregasifikasi. Dari gas cair dijadikan gas kembali, kemudian disalurkan melalui pipa,” urainya.
Tak berlebihan bila kemudian Ahmad merasa khawatir akan daya saing industri di dalam negeri. Menurutnya, dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN, industri Indonesia akan sulit untuk bersaing dengan produk dari negara lain.