Beranda Korporasi Semester I 2015, Pertamina Catat Laba Bersih US$570

Semester I 2015, Pertamina Catat Laba Bersih US$570

Jakarta-TAMBANG. PT Pertamina (Persero) mencatat laba bersih di semester I 2015 sebesar US$570 juta di semester I 2015, jumlah itu turun sebanyak 40,69% jika dibanding dengan perolehan laba diperiode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$1,13 miliar.

 

Direktur Keuangan Pertamina, Arif Budiman menuturkan pendapatan laba  bersih di semeser I ini disokong dari hasil kinerja operasional berbagai lini bisnis di tengah iklim industri minyak dan gas bumi dunia yang penuh tantangan.

 

“Laba bersih itu untuk kuartal II 2015 itu US$ 570 juta, tahun lalu itu US$ 1,13 miliar, memang pada saat itu harga minyak belum turun, kalau sekarang kan setengahnya dari harga minyak sebelumnya,” ungkap Arif saat paparan kinerja di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (5/8).

 

Meski mengaku sedang mengalami penurunan kinerja keuangan, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan produksi minyak dan gas (Migas) sebesar 6% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sampai Juni 2016 produksi migas perseroan mencapai 550,89 ribu BOEPD yang terdiri dari minyak 270,76 ribu BOPD, dan gas sebesar 1,60 BSCFD.

 

Selain itu, kinerja kilang Pertamina saat ini telah telah berangsur baik, setelah sempat alami sedikit turbulensi pada akhir 2014 dan awal 2015 akibat fluktuasi harga minyak mentah. “Pada kuartal kedua 2015 biaya pokok produksi kilang Pertamina menyentuh level di bawah 100 persen terhadap impor,” tambahnya.

dwi sutjipto pertamina
Direktur Utama Pertamina (Persero), Dwi Sutjipto

Kondisi tersebut, sambung Dwi, menunjukkan kilang-kilang Pertamina telah lebih efisien. Serta, dengan seiring penambahan ruas pipa dan alokasi gas, bisnis transportasi gas Pertamina juga meningkat empat persen menjadi 264,98 BSCF.

 

“Bisnis niaga Pertamina menjadi 19,71 BSCF, di sisi lain penjualan LNG meningkat menjadi 38,75 ribu BBTU,” tandasnya.   Sementara untuk produksi minyak dari aset luar negeri rata-rata semester pertama 2015 mencapai 73,5 ribu BOPD, sedangkan produksi gas sebesar 88.25 MMSCFD.

 

Hingga pertengahan tahun, untuk ICP jatuh ke posisi US$59,4 per barel atau jauh dari rata-rata ICP pada periode yang sama tahun 2014 sebesar US$106,6 per barel. Di sisi lain, rupiah terdepresiasi hingga lebih dari 10% dalam kurun waktu yang sama.

 

Dwi mengaku maklum ketika kinerja keuangan Pertamina mengalami penurunan, walaupun dalam hal ini Pertamina tidak tinggal diam untuk terus mencari terobasan-terobosan yangbbisa mencetak kinerja keuangan yang sehat.

 

“Banyak perusahaan di dunia yang melakukan aksi-aksi terobosan agar dapat survive, mulai dari pengurangan capex hingga pemangkasan tenaga kerja di awal tahun yang masih berlanjut hingga saat ini. Namun, Alhamdulillah ditengah kondisi tersebut Pertamina dapat mengatasi tantangan- tantangan tersebut,” terangnya.