Jakarta,TAMBANG,- Perusahaan tambang nikel PT Vale Indonesia melaporkan kinerja keuangan perusahaan. Dalam laporan yang belum diaudit tersebut dijelaskan selama tiga bulan pertama tahun ini perseroan mencatat penjualan sebesar USD206,6 juta. Dibanding triwulan pertama tahun lalu ada kenaikan 18%. Sementara dibanding kuartal IV tahun 2020 terjadi kenaikan 7%.
Kenaikan penjualan ini ditopang oleh harga realisasi rata-rata yang lebih tinggi. Hal ini juga telah mengimbangi penurunan tingkat penjualan selama triwulan tersebut. “Kami diuntungkan oleh adanya kenaikan harga nikel pada triwulan pertama tahun ini, di saat kami juga berhasil mengendalikan biaya operasi kami di tengah kenaikan harga bahan bakar dan batu bara,” terang Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur Perseroan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Beban pokok pendapatan Perseroan pada kuartal I tahun 2020 tercatat kenaikan tipis dari kuartal IV tahun 2020. Ini karena laba bruto pada triwulan tersebut naik sebesar 31% dari kuartal sebelumnya. Sementara konsumsi bahan bakar dan batu bara pada kuartal I tahun ini masing-masing turun sebesar 3%, 6% dan 15%. Penurunan konsumsi ini mengimbangi kenaikan harga bahan bakar dan batu bara. Sehingga posisi Kas dan setara kas Grup pada 31 Maret 2021 sebesar USD386,2 juta. Turun tipis dibanding posisi kas pada 31 Desember 2020 sebesar USD388,7 juta.
Nico menjelaskan PT Vale akan senantiasa berhati-hati mengontrol pengeluaran untuk menjaga ketersediaan kas. PT Vale mengeluarkan sekitar USD38,5 juta untuk belanja modal pada tiga bulan awal ini. Lebih rendah dari belanja modal pada kuarta IV 2020 yakni sebesar USD47,7 juta.
Nico juga menegaskan perseroan akan tetap fokus pada berbagai inisiatif produktifitas dan penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing perseroan dalam jangka panjang tanpa mengkompromikan nilai utama Perseroan. Nilai utama yang dimaksud adalah keselamatan jiwa, menghargai kelestarian bumi dan komunitas kita.