Jakarta, TAMBANG – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) menjelaskan penyebab terjadinya pergeseran tanah yang dialami sejumlah daerah belakangan ini. Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hendra Gunawan hal tersebut disebabkan faktor eksternal dan internal.
“Penyebab gerakan tanah ini faktor eksternal seperti hujan yang ikut terjadinya proses gerakan tanah. Sementara faktor internal adalah batuan geologi juga seperti yang terjadi baru-baru ini di Bojong Koneng, Bogor, adanya fenomena rayapan, tanah bergerak sangat lambat,” kata dia dalam konferensi pers, Kamis (6/10).
Fenomena rayapan yang terjadi di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor beberapa waktu lalu itu, kata dia, disebabkan adanya batuan lempung formasi Jati Luhur yang berinteraksi dengan curah hujan yang cukup tinggi.
“Faktornya akibat adanya batuan yang berperan yaitu batuan lempung formasi Jati Luhur berinteraksi dengan curah hujan yang mulai tinggi,” ungkapnya.
Menurut Hendra, faktor morfologi atau bentuk lapisan tanah serta saluran air yang terganggu juga mempengaruhi terjadinya pergeseran tersebut.
“Morfologi juga ikut berperan karena bentuknya seperti cekungan serta tentunya ada masalah drainase dari air. Ini turut menjadikan adanya gerakan tanah rayapan di Bojong Koneng,” ujarnya.
Saat ini, pihaknya sudah memberi assessment resmi berdasarkan survei di lapangan kepada pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Hendra juga berharap masyarakat bisa pro aktif dalam memitigasi dini bencana di sekitarnya.
“Ini lumayan banyak dampaknya bahkan puluhan hektar dampaknya itu. Masyarakat silahkan berkonsultasi atau menanyakan ke BPBD karena kita sudah berkoordinasi langsung malah dengan pemerintah daerah setempat menyampaikan hasil survei yang ada di lapangan,” ungkapnya.
Selain di Bogor, fenomena pergeseran tanah juga terjadi di Purwakarta, Garut dan Tasikmalaya. Menurut Hendra, hal ini lantaran daerah-daerah tersebut memiliki kontur tanah yang sama yaitu berbukit-bukit sehingga saat intensitas hujan tinggi, tanah akan rawan bergerak bahkan longsor.
“Nah kenapa Purwakarta, Tasikmalaya, Garut, karena daerah jawa barat ini daerah berbukit-bukit. Morfologi juga membantu kemiringan lereng memicu terjadinya gerakan tanah,” jelasnya.
“Sudah seharusnya kita siap dari badan geologi melakukan sosialisasi agar masyarakat itu mendapat pengetahuan yang cukup memadai dalam melihat potensi gerakan tanah. Lagi-lagi curah hujan di jawa barat juga sangat tinggi,” pungkasnya.