TAMBANG, RYADH. SAUDI Arabia mengeluarkan kebijakan baru di bidang ekonomi, yang disebut sebagai reformasi perekonomian yang berani, Senin kemarin. Kebijakan baru ini diniatkan untuk mengurangi ketergantungan negara petrodolar itu dari minyak. Tujuan akhirnya adalah untuk menyiapkan perekonomian agar mampu menyerap lapangan kerja yang dua tahun terakhir ini dikikis oleh rendahnya harga mimyak.
Kegiatan yang akan dilaksanakan, di antaranya menjual saham Aramco, perusahaan minyak terbesar di dunia, serta mendirikan lembaga investasi pemerintah yang diniatkan terbesar di dunia. Dua kegiatan ini bertujuan untuk menjamin lapangan kerja dan kesejahteraan, terutama bagi generasi muda Arab.
Dalam pidatonya di televisi, Raja Salman bin Abdul Aziz mengatakan bahwa kabinet telah menyetujui rencana yang dikenal sebagai ‘’Visi 2030’’, dan mengajak seluruh rakyat Saudi bekerja bergandengan tangan demi menggapai sukses.
Akan tetapi keberhasilan program ini dinilai sangat tergantung pada Pangeran Mohammed bin Salman, putera raja yang dikenal sangat berkuasa. Mohammed bin Salman ada di garis kedua tahta kerajaan. Ia juga menjabat sebagai menteri pertahanan dan ketua Komite Pengawas Kebijakan Ekonomi. Komite itu, bersana Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan, berupaya agar Kerajaan Saudi Arabia mengurangi ketergantungannya pada energi fosil, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong investasi asing.
Rencana itu dinilai ambisius. Tidak sekadar mengurangi kepemilikan negara di berbagai badan usaha, melainkan juga mengatur besarnya tunjangan pegawai pemerintah, mengurangi subsidi energi, yang setahun diperkirakan US$ 61 miliar, atau sekitar Rp 800 triliun. Besarnya subsidi energi membuat rakyat Saudi Arabia sangat termanjakan. Tetapi di sisi lain, membuat rakyat sangat mengagungkan keluarga kerajaan.
Pekan ini, misalnya, Raja memecat menteri listrik dan air setelah munculnya keluhan warga yang disampaikan lewat internet, yang keberatan terhadap kenaikan harga air.
Dalam reformasi kebijakan itu, kerajaan juga melonggarkan aturan bagi perempuan. Kini perempuan boleh ikut pemilihan umum dan maju sebagai anggota dewan daerah. Namun, perempuan masih tetap belum boleh mengemudi. Bila perempuan ke luar negeri, harus ditemani keluarga laki-lakinya, biasanya ayah atau suami.
Harga minyak murah membuat Saudi Arabia mengalami defisit jampir $100 miliar, tahun lalu. Tahun ini, defisitnya diperkirakan turun menjadi $87 miliar.
Masood Ahmed, Direktur IMF Wilayah Timur Tengah dan Asia Tengah mengatakan, diversifikasi ekonomi yang dilakukan Saudi Arabia merupakan hal yang sudah lama ditunggu-tunggu. ‘’Yang paling penting, bagaimana agar rencana bagus ini tidak berhenti di tulisan, melainkan bisa diterjemahkan ke praktek nyata,’’ katanya.
Dalam wawancara dengan media, kemarin, putera mahkota Mohammed bin Salman mengatakan, saat ini Kerajaan Saudi Arabia sangat ‘’ketagihan’’ terhadap minyak. Akibatnya, pembangunan di berbagai sektor terganggu. Penjualan sebagian saham Aramco merupakan salah satu upaya mengurangi ketergantungan itu.
Foto: Pangeran Mohammed bin Salman