Jakarta, TAMBANG – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM) berhasil mencatatakan produksi batu bara signifikan pada semester I 2023. Pada paruh pertama itu perusahaan memproduksi 8,2 juta ton batu bara, meningkat 6 persen dibanding periode sama tahun lalu.
“Pencapaian ini melampaui target, didukung oleh kondisi cuaca yang bersahabat dan manajemen operasional yang baik,” ucap Direktur Utama, Mulianto dalam keterangan tertulis, Rabu (16/8).
Pada kurun waktu tersebut, ITM mencatat pendapatan bersih sebesar USD 1,3 miliar, dengan laba kotor sebesar USD 458 juta, dan marjin laba kotor sebesar 35%. EBITDA tercatat sebesar USD 408 juta.
“Meskipun harga batu bara mengalami penurunan, Perusahaan masih mencatatkan profitabilitas cukup baik dengan berhasil melakukan pengendalian biaya yang efektif dan tetap berkomitmen menjadi perusahaan tambang yang baik dan bertanggung jawab,” bebernya.
Harga rata-rata penjualan batu bara yang diperoleh Perusahaan pada semester pertama tahun ini adalah sebesar USD 130,6 per ton, turun dari USD 175,1 per ton, sehingga menekan kinerja keuangan. Laba bersih ITM pada paruh pertama tahun ini turun 33% dari periode yang sama tahun lalu menjadi USD 307 juta.
“Dengan menerapkan manajemen kas yang bijak, Perusahaan berhasil mempertahankan neraca yang sehat. Hingga akhir Juni 2023, total aset Perusahaan tercatat sebesar USD 2,2 miliar dengan total ekuitas sebesar USD 1,8 miliar,” jelas dia.
Sejalan dengan arus kas dan EBITDA, Perusahaan juga memiliki posisi kas dan setara kas yang solid sebesar USD 1,0 miliar. Adapun laba bersih per saham dibukukan sebesar USD 0,27 per saham.
Pada paruh pertama 2023, ITM membukukan volume penjualan sebanyak 9,9 juta ton yang dipasarkan ke Tiongkok (3,6 juta ton), Indonesia (2,2 juta ton), Jepang (0,9 juta ton), Filipina (0,8 juta ton), Thailand (0,5 juta ton) dan negara-negara lain di Asia Pasifik, dan Eropa.
“Untuk tahun 2023, Perusahaan menargetkan volume produksi antara 16,6-17,0 juta ton dengan volume penjualan sebesar 21,5-22,2 juta ton. Dari target volume penjualan tersebut, sebanyak 56% harga jualnya telah ditetapkan, 32% mengacu pada indeks harga batubara, sedangkan sisa 12% belum terjual,” pungkasnya.