Jakarta-TAMBANG-Harga batu bara yang menguat turut berpengaruh pada kinerja perusahaan tambang tidak terkecuali PT Bukit Asam,Tbk (PTBA). BUMN tambang batu bara ini sampai per 30 September 2017berhasil membukukan laba bersih Rp 2,63 triliun. Capaian ini naik Rp 1,57 trilun (250 persen) dari periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 1,05 triliun.
Begitu juga laba per lembar saham mengalami kenaikan dari Rp 486 per saham menjadi Rp 1.246 atau naik (256 persen) dari periode sebelumnya.
“Laba Bersih mencapai Rp 2,63 Triliun, melonjak Rp 1,57 Triliun lebih atau mencapai 250 persen, ini belum diaudit,” ujar Dirut PTBA Arvian melalui Plh Sekper PTBA Subandi dalam siaran pers yang diterima Majalah TAMBANG, Kamis (19/10/2017).
Subandi menjelaskan bahwa kenaikan laba bersih ditopang oleh pertumbuhan yang tinggi dari volume produksi, angkutan dan penjualan, optimasi harga jual rata-rata batubara serta efisiensi yang secara terus menerus dilakukan.
Untuk pencapaian Pendapatan Usaha Perseroan membukukan pendapatan selama sembilan bulan per 30 September 2017 sebesar Rp 13,22 Triliun atau naik 31,7 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama Tahun 2016 sebesar Rp 10,04 Triliun.
Peningkatan pendapatan ini sebagai hasil dari upaya terus menerus yang dilakukan Perseroan dalam melakukan penetrasi pasar untuk menjual batubara Low to Medium Range Calorie pada saat membaiknya harga batubara dunia.
Sementara volume produksi juga mengalami kenaikan sebesar 30,3 persen pada periode Januari – September 2017, namun beban pokok penjualan hanya mengalami kenaikan sebesar 7,6 persen atau Rp 578,40 Miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan biaya ditopang oleh royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah RI dan biaya jasa angkutan kereta api, akan tetapi hal tersebut diiringi oleh upaya menekan biaya penambangan dan pembelian batubara sehingga tercipta struktur biaya yang efisien.
“Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah Republik Indonesia meningkat dari Rp 539,78 Milyar di tahun 2016 menjadi Rp 893,09 Milyar di tahun 2017 atau naik 65,5% seiring dengan kenaikan pendapatan usaha,” ujarnya.
Sedangkan total kewajiban mengalami penurunan 17,9 persen atau Rp 1,43 Triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk posisi kas dan setara kas per 30 September 2017 sebesar 3,12 Triliun dan menurun 15,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,67 Triliun.
Kenaikan aset dipengaruhi oleh bertambahnya piutang usaha sebesar Rp 1,13 Miliar seiring dengan peningkatan penjualan domestik, sedangkan penurunan kewajiban lebih disebabkan oleh upaya Perusahaan melakukan pelunasan kewajiban bank sebesar Rp 1,41 Triliun.