Jakarta – TAMBANG. Meskipun sedang dalam keadaan suspen sejak 2015 lalu, PT Central Omega Resources (DKTF) tetap melanjutkan pembangunan pabrik pemurnian (smelter) nikelnya di Morowali, Sulawesi Tengah. Saat ini pembangunan smelter tersebut sudah mencapai 55%.
“Sebelumnya memang sempat terhenti karena fabrikasi yang terhambat di Cina,” ujar Presiden Direktur PT COR Industri Indonesia, Ciho Darmawan Bangun di sela-sela RUPS DKFT, Rabu (2/3).
Investasi yang ditanamkan oleh perseroan sebesar US$90 juta. Pendanaan tersebut berasal dari Panin bank dalam bentuk L/C sebesar US$35 juta, kemudian kredit investasi lembaga pembiayaan ekspor indonesia sebesar US$40 juta dan kredit modal kerja dari lembaga pembiayaan ekspor sebesar US$18,5 juta pada bulan februari.
Kapasitas fase 1 smelter pig iron ini sebesar100 ribu ton per tahun dengan kandungan 8-10% dari bahan baku. Melihat perkembangannya, commissioning akan dilakukan pada kuartal IV 2016 dan uji coba produksi pada kuartal I 2017.
Rencananya perseroan juga akan membangun smelter fase 2 (2018) dan fase 3 (2019) dengan kapasitas masing-masing 100 ribu ton per tahun. Untuk tahap 2 dan 3 pendanaan akan melalui right issue atau lainnya.
Direktur keuangan DKTF, Feni Silviani Budiman menjelaskan, target produksi 3 bulan pertama 2017 sebesar 72.500 ton per tahun. Kemudian hasilnya nanti 100% export.
Setelah produksi, Feni memproyeksikan laba smelter mencapai US$8,9 juta. Selain itu akan berkontribusi pada laba bersih perseroan sebesar US$11,164 juta.
Saat ini perseroan mengaku telah mendapat dukungan dari pemrintah berupa pembebasan bea masuk dan pajak dari Menteri keuangan sejak agustus 2015. Dukungan lainnya adalah fasilitas jalur cepat dari bea cukai didapat tahun 2016 dari PTSP.
PT CORII adalah anak usaha DKTF yang mempunyai IUP nikel, sekaligus sebagai pemasok nikel kepada DKTF. Smelter tersebut dibangun 3km dari mulut tambang nikel milik CORII