Jakarta, TAMBANG – Percepatan hilirisasi menjadi salah satu alasan pemerintah melarang ekspor mineral mentah yang sudah dimulai sejak Sabtu (10/6). Namun, masih banyak perusahaan yang terkendala membangun fasilitas pemurnian dan peleburan mineral alias smelter.
Menurut Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif, setidaknya ada 4 kesulitan yang dihadapi pelaku industri dalam pembangunan smelter tersebut.
“Dari hasil pengamatan kami berinteraksi dengan industri yang akan mendirikan smelter yaitu pendanaan. Kedua pasokan energi listrik kepada smelter, ketiga pembebasan tanah dan keempat mengenai perizinan,” beber dia dalam sebuah diskusi, Senin (12/6).
Untuk menyiasati tantangan larangan ekspor mineral mentah, pemerintah imbuh Irwandy, sudah melakukan berbagai upaya di antaranya mempertemukan pihak Bank dan PLN. Pertemuan ini diinisiasi Kementerian ESDM.
“Jadi upaya-upaya pemerintah untuk mengatasi hal ini misalnya dari ESDM, sudah pernah melakukan pertemuan komprehensif antara industri yang mengalami kesulitan dengan Bank dan juga dengan PLN langsung. Bagaimana supaya mereka mendapatkan akses mudah, tapi ini tidak lagi gampang,” tuturnya.
Meski begitu, program percepatan hilirisasi di dalam negeri sejauh ini sesuai target. Di nikel misalnya, sudah terdapat 100 smelter lebih yang akan mengolah bijih nikel menjadi nikel pig iron dan feronikel sebagai bahan baku besi baja atau stainless steel.
“Yang paling pesat perkembangannya adalah hilirisasi di nikel. Di mana sudah lebih 100 smelter yang ada yang mengarah kepada industri besi baja dengan produk nikel pig iron dan feronikel,” imbuh dia.
Sementara smelter penunjang bahan baku baterai kendaraan listrik baru ada 4 unit yang sedang dalam masa pembangunan. “Sudah ada 4 dan mungkin menyusul belasan smelter yang akan mengarah ke baterai,” ujar dia.
Perkembangan pembangunan smelter juga terjadi di komoditas bauksit. Sejauh ini sudah ada 4 smelter yang menghasilkan alumina, satu di antaranya telah memproduksi alumina ke alumunium. “Satu lagi akan berkembang di kalimantan utara untuk menghasilkan aluminum,” pungkasnya.
Sementara di komoditas tembaga ada tiga perusahaan yang sudah mulai menggarap smelter yaitu PT Freeport Indonesia, Amman Mineral Nusa Tenggara dan Merdeka Copper.
“Di tembaga ini ada 3 grup besar yaitu PTFI, AMMAN dan Merdeka Copper yang akan membangun pasti. Yang sudah berjalan ada dua, yaitu di Gresik milik PTFI dan AMMAN di Nusa Tenggara Barat,” jelasnya.