Jakarta, TAMBANG – Laju pasar obligasi dalam negeri terus melanjutkan kenaikannya, meski laju Rupiah sedikit tertekan.
Reza Priyambadha, Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), memaparkan, pergerakan imbal hasil obligasi AS yang masih stabil, meski laju USD menguat terhadap EUR dan GBP setelah merespon negatif permasalahan internal pemerintahan Inggris, tampaknya cukup membantu pergerakan pasar obligasi dalam negeri, dimana imbal hasilnya masih cenderung menurun.
Adapun untuk pergerakan masing-masing tenor ialah untuk tenor pendek (1-4 tahun) imbal hasilnya rata-rata turun 11,13 bps; tenor menengah (5-7 tahun) turun 5,78 bps; dan panjang (8-30 tahun) turun 4,12 bps.
Laju pasar obligasi cenderung bergerak naik seiring mulai adanya aksi beli. Pada FR0063 yang memiliki waktu jatuh tempo ±5 tahun dengan harga 93,48 persen memiliki imbal hasil 7,24 persen atau turun 0,09 bps dari sebelumnya di harga 93,15 persen, memiliki imbal hasil 7,33 persen.
Untuk FR0075 yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun dengan harga 96,26 persen memiliki imbal hasil 7,87 persen atau turun 0,08 bps dari sehari sebelumnya di harga 95,49 persen memiliki imbal hasil 7,95 persen.
Pada Selasa (10/7), rata-rata harga obligasi Pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 0,67 bps di level 111,93 dari sebelumnya di level 111,19.
Sementara itu, rata-rata harga obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price naik 0,26 bps di level 106,06 dari sebelumnya di level 105,78. Sementara, pergerakan imbal hasil SUN 10Yr berada di level 7,35 persen dari sebelumnya di level 7,43 persen dan US Govn’t bond 10Yr di level 2,870 persen dari sebelumnya di level 2,872 persen, sehingga spread di level kisaran 448,3 bps lebih rendah dari sebelumnya 456,4 bps.
Sementara pada laju imbal hasil obligasi korporasi, pergerakannya cenderung variatif turun. Pada obligasi korporasi dengan rating AAA dimana imbal hasil untuk tenor 9-10 bergerak naik di kisaran level 9,25-9,30 persen pada rating AA dengan tenor 9-10 tahun di kisaran 9,94-9,96 persen. Pada rating A dengan tenor 9-10 tahun di kisaran 11,02-11,03 persen, dan pada rating BBB di kisaran 13,52-13,87 persen.
Meski pergerakan pasar obligasi masih terbuka peluang kenaikan lanjutan namun, pergerakan imbal hasil obligasi AS yang mulai naik terbatas, perlu diwaspadai terhadap imbasnya ke pergerakan obligasi dalam negeri.
“Diharapkan pergerakan Rupiah dapat bertahan untuk memberikan dampak positif pada pergerakan pasar obligasi dalam negeri. Tetap cermati dan waspadai jika masih adanya berbagai sentimen yang dapat membuat laju pasar obligasi kembali melemah,” kata Reza dalam analisisnya, Rabu (10/7).